Bisnis.com, SOLO - Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara tidak langsung ikut bertanggung jawab atas insiden hacker LockBit yang meretas data nasabah BSI.
Belakangan, nasabah BSI dibuat geger karena serangan hacker LockBit. Kelompok hacker tersebut menggunakam ransomware untuk menyerang sistem keamanan BSI.
LockBit mulanya memberikan waktu untuk manajemen BSI melalukan negosiasi dengan mereka. Hacker ini bahkan disebut meminta uang Rp296 miliar kepada BSI jika ingin data nasabah mereka tidak disebar.
Pada 16 Mei 2023 lalu, akun Twitter @darktracer_int telah mengunggah potongan chat kala mereka melakukan negosiasi dengan pihak yang sementara ini diduga Bank Syariah Indonesia (BSI).
"Gang ransomware LockBit juga telah mempublikasikan log obrolan terkait negosiasi dengan BSI. Mereka menuntut uang tebusan sebesar US$20 juta (Rp296 miliar)," tulisnya.
Efeknya, hingga saat ini beberapa nasabah masih mengalami gangguan m-Banking dan mengeluhkan layanan BSI yang tidak secepat sebelumnya.
Baca Juga
Biang kerok hacker
Tak lama kemudian, Departemen Kehakiman AS menuding WN Rusia bernama Mikhail Pavlovich Matveev (30), alias Wazawaka, m1x, Boriselcin, dan Uhodiransomwar, atas dugaan perannya dalam beberapa serangan ransomware.
Mikhail Pavlovich Matveev disebut telah menggunakan tiga keluarga ransomware yang berbeda dalam serangan yang ditujukan pada banyak korban di seluruh Amerika Serikat.
Pemerintah AS bahkan menawarkan uang Rp149 miliar kepada siapapun yang bisa memberikan informasi dan cara menangkap biang kerok hacker LockBit ini.
Meski demikian, laporan Security Affair menyebut jika penangkapan Matveev akan sangat sulit dilakukan, apalagi oleh Departemen Kehakiman AS.
Menurut laporan yang beredar, biang kerok hacker LockBit tersebut tersebut diduga tinggal di Rusia dan beroperasi dari negara tersebut.
Jelas, karena krisis geopolitik yang sedang berlangsung, kecil kemungkinan Rusia akan menangkap pria tersebut untuk mengekstradisinya ke Amerika Serikat.
Hacker LocBit kemungkinan baru bisa ditangkap dan diadili jika ada campur tangan Vladimir Putin atau pihak berwenang lainnya di Rusia yang mau bekerjasama.