Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI menargetkan penyaluran pembiayaan rumah atau griya pada semester I/2023 mencapai Rp51,15 triliun, tumbuh 6,42 persen secara tahunan (year on year/yoy). BSI pun menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya ekspansi.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan BSI sedang gencar memperluas ekspansi ke daerah-daerah dengan pasar potensial. Beberapa wilayah yang dibidik BSI antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Kalimantan, hingga Bali.
Strategi lainnya, BSI menghadirkan program promo. BSI memberikan cashback senilai Rp2 juta bagi 2.000 nasabah pertama yang merealisasikan pencairan pembiayaan per periode 22 Mei 2023 hingga 30 Juni 2023. Minimal limit realisasi pencairan pembiayaan sebesar Rp300 juta.
“Calon nasabah BSI yang ingin mewujudkan rumah impian dengan angsuran yang nyaman, dapat memanfaatkan program ini untuk mendapatkan keuntungan,” kata Anton dalam keterangan tertulis pada Rabu (24/5/2023).
BSI juga memberikan cashback premi asuransi jiwa hingga 20 persen dan margin spesial setara 2,5 persen untuk 1 tahun pertama. Ada juga promo berupa bebas biaya di depan dan bebas biaya appraisal hingga Rp5 miliar.
Dalam menggaet nasabah, BSI juga mengandalkan ciri khas pembiayaan syariah yakni adanya akad dan angsuran yang tetap hingga akhir pembiayaan. Ciri khas ini menurut Anton membuat nasabah dapat mengatur arus kas angsurannya. Nasabah tidak perlu khawatir dengan kenaikan suku bunga yang berubah.
BSI juga telah memiliki lebih dari 800 rekanan notaris dan lebih dari 3.500 developer/pengembang properti yang terverifikasi. Selain itu, dalam menjamin keamanan, legalitas dokumen kepemilikan rumah terjamin sesuai dengan hukum yang berlaku.
BSI sendiri telah mencatatkan pertumbuhan griya, tercermin dengan jumlah pembiayaan griya BSI per April mencapai Rp49,5 triliun.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan perbankan syariah di Indonesia seperti BSI mempunyai peluang menggarap pasar pembiayaan perumahaan dengan berbasiskan prinsip syariah.
Bank syariah menerapkan sistem marjin dalam pembiayaan kepemilikan rumah, sehingga memungkinkan cicilan tetap hingga lunas.
Di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) hingga The Fed yang tinggi, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan konvensional akan terpengaruh naik. Kondisi ini menurutnya dinilai menguntungkan bagi bank syariah. Pasalnya, bank syariah sudah berada dalam porsi menjual tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
“Customer pasti akan kaget karena begitu dinaikkan, otomatis bunganya akan floating. Kalau syariah enggak, begitu kita akad, sampai lunas hanya segitu,” kata Amin.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah juga mengatakan seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan pembiayaannya lebih tinggi, salah satunya melalui pembiayaan rumah. Menurutnya, perbankan bisa menunjukkan kelebihan pembiayaan syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
Selama ini keunggulan pembiayaan syariah tidak begitu nampak dan dirasakan nasabah. Beban cicilan di pembiayaan syariah selama ini dirasakan tidak berbeda dengan KPR konvensional.
"Sehingga pembedanya hanyalah keyakinan berdasarkan agama. Hal ini menyebabkan permintaan kredit KPR syariah tidak terlalu besar,” kata Piter.