Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil stress test sektor perbankan di Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Juni 2023. Sejumlah indikator menunjukkan bahwa ketahanan perbankan di Indonesia masih kuat.
"Hasil stress test Bank Indonesia menunjukan ketahanan perbankan yang kuat. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan KSSK [Komite Stabilitas Sistem Keuangan] dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman hasil RDG BI, Kamis (22/6/2023).
Perry mengatakan ketahanan sektor perbankan dilihat dari sejumlah indikator memang menunjukan kondisi yang stabil. Likuiditas perbankan menurutnya tetap pada kondisi yang longgar, terlihat dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) di level 27,52 persen per Mei 2023.
Likuiditas perekonomian juga memadai tecermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) per Mei 2023 masing-masing tumbuh sebesar 3,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 6,1 persen yoy.
"Kondisi likuiditas yang terjaga dan kuat tersebut turut memengaruhi perkembangan suku bunga yang kondusif terhadap permintaan kredit/pembiayaan," kata Perry.
Kondisi likuiditas perbankan pada Mei 2023 ini ditopang oleh pertumbuhan DPK sebesar 6,55 persen yoy. Sedangkan, kredit perbankan pada Mei 2023 tumbuh 9,39 persen yoy.
Baca Juga
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan mencapai 25,54 persen per April 2023. Risiko kredit pun menurutnya ada pada level yang terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) bruto di level 2,53 persen dan NPL nett di level 0,78 persen per April 2023.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan stabilitas sektor jasa keuangan memang masih tetap terjaga, termasuk industri perbankan.
"Profil risiko terjaga, likuiditas juga memadai," ujarnya.
Stabilitas sektor jasa keuangan juga didukung oleh perkembangan perekonomian global saat ini yang lebih stabil dibandingkan awal 2023. Pasar keuangan global saat ini juga relatif lebih baik dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Pada awal tahun ini, gangguan stabilitas sistem keuangan global sempat dikhawatirkan terjadi imbas bangkrutnya sejumlah bank di AS. Bank regional AS First Republic Bank misalnya mengalami gejolak pada simpanan nasabahnya yang anjlok lebih dari US$100 miliar setara Rp1.492 triliun pada kuartal I/2023 sebelum diambil alih oleh JPMorgan Chase & Co.
Silicon Valley Bank (SVB) di AS dilaporkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam. Regulator bank AS juga telah mengumumkan penutupan Signature Bank.
Tidak hanya di AS, sentimen negatif merembet ke pasar Eropa setelah Credit Suisse mengalami gejolak. Bank Sentral Swiss bahkan memberikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok.