Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Jepang, Korea Selatan, & Singapura Rajin Caplok Bank RI, Apa Saja Portofolionya?

OJK mencatat investor asing dari Jepang, Korea Selatan, dan Singapura rajin berinvestasi di sektor perbankan Indonesia.
Karyawan melayani nasabah di salah satu cabang Bank Danamon di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melayani nasabah di salah satu cabang Bank Danamon di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan investor asing seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura rajin berinvestasi di sektor perbankan Indonesia. Sejumlah bank pun sudah masuk dalam penguasaan investor asing ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan minat pengusaha asing untuk berinvestasi pada sektor perbankan tinggi. "Permintaan ke kita dari Jepang, Korea Selatan, hingga negara tetangga Singapura itu meningkat untuk akuisisi bank lokal," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Selasa (4/7/2023).

Menurutnya, performa bank secara nasional di pasar modal pun menjanjikan. Bahkan, sektor perbankan menjadi penggerak utama pasar modal dalam menarik pihak asing. 

Dengan menariknya sektor perbankan itu, sejumlah investor pun masih akan tetap melanjutkan aksi korporasi mereka terhadap bank di Indonesia. "Beberapa proses seperti merger dan akuisisi tahun ini atau tahun depan akan berlangsung," ujar Dian.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan perbankan indonesia memang selalu menarik bagi investor asing seperti Jepang dan Korea Selatan. "Ini karena perbankan indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.

Berdasarkan data dari OJK, NIM perbankan Indonesia mencapai level 4,79 persen per Mei 2023, naik 2 basis poin (bps) secara bulanan (Month-on-Month/MoM) dan tumbuh 12 bps secara tahunan (year on year/yoy).

Sementara, dari sisi pasar, perbankan Indonesia menurutnya masih berkembang. "Jadi punya prospek masa depan yang sangat menjanjikan," ujarnya.

Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia juga mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk Indonesia yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan korporasi asing seperti dari Jepang dan Korea Selatan tertarik dengan NIM bank di Indonesia yang besar. "Profit pun jadi besar, sehingga BEP [break event point] cepet," katanya.

Sejumlah investor dari Jepang, Korea Selatan, dan Singapura juga sejauh ini telah bergeliat investasi di sektor perbankan Indonesia. Terdapat beberapa bank yang kemudian dicaplok oleh investor asing tersebut. Berikut portofolio bank-bank Indonesia milik investor dari Jepang, Korea Selatan, dan Singapura:

1. Jepang

Konglomerasi Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) sejak 2017 mengakuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Porsi kepemilikan MUFG di Bank Danamon kini mencapai 92,47 persen.

Konglomerasi asal Jepang lainnya Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) juga telah mengakuisisi PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) pada 2013. Kini, SMBC menjadi pemilik saham pengendali BTPN dengan porsi kepemilikan 92,43 persen.

Lalu, korporasi keuangan asal Jepang, J Trust Co., Ltd. telah resmi mengakuisisi PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) pada 2014 dan kini porsi kepemilikannya mencapai 74,16 persen sebagai pemegang saham pengendali.

Bank JTrust Indonesia sendiri awalnya bernama Bank Century. Setelah krisis moneter pada 2008, Bank Century mengalami goncangan lalu diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Bank Century kemudian bertransformasi menjadi Bank Mutiara. 

Bank portofolio korporasi asal Jepang lainnya adalah PT Bank Resona Perdania. Bank yang berdiri pada 1958 ini awalnya bernama Bank Perdania. Kini, bank dikuasi oleh dua korporasi asal Jepang yakni Resona Bank Ltd., dan The Bank of Yokohama, Ltd. Namanya pun kini berubah menjadi Bank Resona Perdania.

2. Korea Selatan

Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya ada enam bank yang dikendalikan oleh konglomerasi keuangan asal Negeri Ginseng tersebut.

Keenam bank itu adalah PT KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA), PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), PT Bank KEB Hana Indonesia, dan PT Bank Shinhan Indonesia.

Salah satu bank yakni Bank KB Bukopin telah dikendalikan oleh korporasi keuangan asal Korea Selatan KB Kookmin Bank Ltd. Sejak 2018 hingga saat ini, KB Kookmin telah menginvestasikan sekitar Rp18,02 triliun ke Bank KB Bukopin. Porsi kepemilikannya kini mencapai 67 persen.

Ada juga Woori Bank Korea yang menjadi pemegang saham pengendali Bank Woori Saudara Indonesia 1906 dengan kepemilikan 84,20 persen saham. Selain itu, APRO Financial Co. Ltd memiliki 93,4 persen saham Bank Oke Indonesia atau DNAR.

3. Singapura

Investor dari Singapura diketahui rajin berinvestasi di bank digital Indonesia. PT Bank Fama International Tbk. yang kini menjadi bank digital bernama Superbank telah diinjeksi modal oleh investor Singapura yakni A5-DB Holdings Pte. Ltd, yang merupakan anak usaha dari Grab Holdings Limited (Grab) dan Singtel Alpha Investments Pte. Ltd, yang merupakan bagian dari Singtel Telecommunications Limited (Singtel).

Di Superbank, A5-DB Holdings mempunyai porsi kepemilikan saham 8,06 persen dan Singtel mempunyai kepemilikan 21,48 persen.

Lalu, induk Shopee yakni Sea Limited (Sea Grup) kini telah mengendalikan PT Bank Kesejahteraan Ekonomi yang berubah menjadi bank digital bernama SeaBank.

Investor Singapura lainnya, GIC (Government of Singapore Investment Corporation Private Limited), alias lembaga dana investasi milik pemerintah Singapura tercatat berinvestasi di bank digital PT Bank Jago Tbk. (ARTO). Saat ini, GIC memiliki porsi kepemilikan 9,07 persen di ARTO.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper