Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Danamon Siapkan Strategi Sambut Implementasi Premi Restrukturisasi

Bank Danamon (BDMN) menyiapkan strategi untuk menyambut penerapan premi restrukturisasi perbankan pada 2025.
Nasabah beraktivitas di salah satu cabang Bank Danamon di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Nasabah beraktivitas di salah satu cabang Bank Danamon di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Penumbuhan dana pihak ketiga atau granular funding masih menjadi strategi yang diandalkan pelaku industri perbankan dalam mengantisipasi implementasi ketentuan premi restrukturisasi perbankan (PRP).

Ketentuan itu diatur dalam PP No. 34/2023 tentang Besaran Bagian Premi untuk Pendanaan Program Restrukturisasi Perbankan dan berlaku pada 2025.

Consumer Funding & Wealth Business Head PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Ivan Jaya mengatakan granular funding masih akan dijalankan oleh perusahaan dengan memperdalam value proposition yang diberikan kepada nasabah.

“Khususnya, untuk nasabah prioritas melalui segmen Privilege dengan penempatan dana di atas Rp500 juta, dan segmen Optimal dengan penempatan dana antara Rp50 – Rp500 juta,” kata Irvan kepada Bisnis baru-baru ini.

Langkah itu, sambungnya, dilakukan secara paralel dengan program tabungan yang dijalankan oleh Bank Danamon selama 2 kuartal pada tahun ini, yakni April hingga September 2023.

Dalam kondisi tertentu, Ivan menyebut perusahaan bakal menjajaki penerbitan obligasi (Negotiable Certificate of Deposit/NCD) dengan menyesuaikan kondisi pasar dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).

“Dengan tetap memperhitungkan dan menjaga rasio intermediasi makroprudential (RIM) sesuai ketentuan regulator dan strategi bisnis Danamon,” ujarnya.

Dia mengaku kebijakan PRP tidak terlalu mengubah kalkukasi perusahaan, apalagi membebani bisnis korporasi ke depannya.

Kebijakan itu justru diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis korporasi secara lebih fokus, sejalan dengan munculnya manajemen risiko yang akan lebih baik.

Ke depan, perusahaan berharap Cost of Credit bisa kembali ke level normal di kisaran 2,5 persen hingga 3 persen karena pencadangan yang mencukup dalam beberapa tahun terakhir. “Ini berdasarkan asumsi tidak akan ada dampak negatif dari Covid-19,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper