Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan reasuransi milik BUMN, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menargetkan gross premi perusahaan secara konsolidasi adalah Rp6,42 triliun hingga akhir 2023.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan bahwa penetapan target ini sendiri membuat perusahaan turut merumuskan berbagai strategi dan langkah yang akan dilakukan dalam menstabilkan kinerja keuangan dan rasio RBC.
Benny menuturkan bahwa untuk merealisasikan target hingga akhir tahun, perusahaan memiliki dua langkah yang sampai saat ini masih terus dilakukan, yaitu berupa langkah organik dan anorganik.
“Langkah perbaikan organik, antara lain perbaikan dalam proses underwriting, perbaikan pengelolaan investasi, perbaikan pengelolaan cash flow [utang piutang] dan efisiensi biaya,” ungkap Benny dalam keterangan tertulis, Senin (31/7/2023).
Sementara itu, langkah strategi yang dilakukan secara anorganik adalah dengan proses pengajuan penambahan modal melalui PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk meningkatkan rasio tingkat solvabilitas atau risk-based capital (RBC) perusahaan.
Merujuk laporan keuangan perusahaan bukan konsolidasi, Indonesia Re membukukan rugi bersih senilai Rp6,25 miliar pada enam bulan pertama 2023. Rugi perusahaan menyusut 86,18 persen dari periode yang sama tahun lalu dengan rugi mencapai Rp45,29 miliar.
Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat menuturkan bahwa adanya perbaikan portofolio bisnis perusahaan di sektor reasuransi jiwa dan reasuransi umum membuat rugi bersih yang ditanggung Indonesia Re menyusut pada semester I/2023.
Sejalan dengan penyusutan rugi, Indonesia Re juga mencatatkan pendapatan premi senilai Rp3,12 triliun atau naik 3,72 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semula Rp3 triliun. Dari sana, total premi bruto Indonesi Re tumbuh 5,60 persen yoy dari Rp2,4 triliun menjadi Rp2,53 triliun.
Di sisi lain, perusahaan juga telah menyiapkan sejumlah racikan strategi untuk dapat membalikkan rugi menjadi laba pada akhir 2023, salah satunya dengan transformasi di bidang operasional melalui perbaikan bisnis data dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
“Kami insya Allah optimistis bahwa tahun ini mestinya menjadi turning point kami untuk membalik kerugian pada dua tahun terakhir, 2021-2022, menjadi profit pada 2023,” tutup Delil.