Bisnis.com, JAKARTA — Sederet perusahaan pembiayaan (multifinance) menyatakan telah mempersiapkan langkah strategis untuk menekan rasio kredit macet atau rasio pembiayaan (non-performing financing/NPF) hingga akhir tahun.
Emiten leasing PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance misalnya, menyatakan perusahaan berusaha untuk menjaga kualitas aset dengan menerapkan prinsip manajemen risiko yang diterapkan dengan hati-hati.
Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani Mendrofa mengatakan mobilitas masyarakat yang sudah kembali normal pasca berakhirnya masa pandemi berdampak terhadap fluktuasi non-performing loan di industri multifinance.
Pada periode separuh pertama 2023, Gani mengungkapkan rasio NPF Adira Finance berada pada posisi yang cukup baik, yaitu di kisaran 1,8 persen. Rasio ini turun dari 2,0 persen pada semester I/2022.
Ke depan, Gani menyampaikan perusahaan melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga NPF. “Kami memberikan pembiayaan secara segmented sesuai dengan risk appetite perusahaan dan menerapkan kegiatan collection yang efektif,” ujar Gani kepada Bisnis, Rabu (9/8/2023).
Di sisi lain, PT BCA Finance mencatat perusahaan mengalami peningkatan rasio NPF pada semester I/2023. Rasio tersebut naik jika dibandingkan dengan posisi Desember tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim merincikan NPF bruto/gross (on book) pada Desember 2022 berada di level 1,49 persen naik menjadi 1,85 persen pada Juni 2023.
Senada, NPF netto (on book) di BCA Finance naik menjadi 0,79 persen pada Juni 2023, sedangkan pada Desember 2022 hanya mencapai 0,72 persen.
“Biasanya memang di pertengahan tahun NPF naik dan menuju akhir tahun akan turun kembali. Saya tidak melihat ada hal-hal yang mengkhawatirkan,” ujar Roni.
Sampai dengan akhir tahun, anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) itu akan menjaga rasio NPF bruto di level 1,22 persen.
“Akan kami kejar angka ini. Artinya, tim collection harus kerja keras dan akuisisi di depan harus kami jaga ketat,” tutupnya.