Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. alias BSI (BRIS) menarget penyaluran pembiayaan rumah subsidi hingga kuartal III/ 2023 mencapai 60.000 unit atau sekitar Rp7,7 triliun.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan untuk mencapai target tersebut, salah satu strategi yang dilakukan BSI adalah melalui sinergi dengan BP Tapera sebagai regulator penyaluran rumah subsidi.
Tidak hanya itu, BSI juga menjalin kerja sama sama strategis dengan sekolah dan lembaga pendidikan hingga perguruan tinggi. Pihaknya berharap dengan kerja sama strategis ini akan menjaring lebih banyak segmen dalam rumah subsidi
"Pada 2023 ini BSI menyasar segmen tenaga pengajar agar dapat memiliki rumah layak melalui program rumah subsidi dengan pembiayaan syariah. Hingga Juni 2023, sebanyak 2.000-an tenaga pengajar di beberapa daerah, seperti Palembang dan Medan di Sumatera, serta Kalimantan telah mengambil fasilitas pembiayaan rumah subsidi di BSI," sebutnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jumat (18/8/2023).
Lebih lanjut, Anton menyebut sejumlah program pun ditawarkan. Mulai dari, cashback bagi pegawai payroll guru dan tenaga pengajar, serta bebas biaya provisi, taksasi dan promo menarik lainnya.
Adapun, sepanjang paruh pertama 2023, BSI telah menyalurkan lebih dari 57.000 rumah subsidi atau sekitar Rp7,3 triliun per Juni 2023. Angka ini meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat atas rumah yang layak huni dengan harga terjangkau.
Baca Juga
“Kami berupaya memberikan layanan yang bisa dijangkau semua segmen. Hal inilah yang menjadi peran utama bank syariah, terutama dalam mendorong kesejahteraan umat melalui rumah yang layak huni dan berstandar baik,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jumat (18/8/2023).
Tercatat saat ini BSI telah bekerjasama dengan lebih dari 3.500 developer rumah subsidi.
Mengacu pada laporan keuangan BRIS yang dipublikasikan Bisnis Indonesia, Kamis (27/4/2023), peningkatan laba tersebut sejalan dengan sisi pendapatan penyaluran dana yang menebal 21 persen yoy menjadi Rp5,61 triliun.
Di samping itu, kinerja positif BRIS juga didorong oleh pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 13 persen menjadi Rp418,03 miliar dari poisisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp368,52.
Dari sisi rasio penting perusahan, BRIS mencatatkan peningkatan net operationg margin (NOM) sebesar 62 basis poin (bps) menjadi 2,73 persen. Kemudian, bank juga mencatatkan rasio imbal balik ekuitas (return on equity/ROE) tumbuh 158 bps menjadi 18,16 persen dan imbal balik aset (return on asset/ROA) meningkat 55 bps menjadi 2,48 persen.
Sementara itu, dari sisi intermediasi, BRIS mencatatkan pembiayaan yang tumbuh 20 persen menjadi Rp212 triliun hingga kuartal I/2023. Pertumbuhan tersebut juga diikuti oleh terjaganya kualitas pembiayaan. Rasio pembiayaan macet (non-performing financing) secara net BRIS turun 36 bps menjadi 0,54 persen.
Sedangkan NPF bank secara gross mengalami peningkatan sebesar 55 bps menjadi 2,36 persen. Dari sisi pendanaan, dana simpanan wadiah bank tercatat meningkat 11 persen menjadi Rp64,71 triliun dari Rp58,12 triliun pada periode yang sama pada 2022. Dana investasi non-profit sharing BRIS pun mengalami penebalan menjadi Rp204,54 triliun dari Rp180,31 triliun.