Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menyoroti tumpukan utang yang dimiliki anak muda di platform pinjaman online (pinjol).
Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda mengatakan pinjol menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang disukai masyarakat dan bisa menggantikan peran perbankan, termasuk anak muda. Kendati demikian, kemudahan pinjol menjadi bumerang bagi anak muda.
Huda mengatakan usia muda di bawah 19 tahun menjadi daya tarik perusahaan pinjol. Pasalnya, karakteristik rata-rata pinjaman tertinggi berasal dari usia di bawah 19 tahun dan kelompok perempuan.
“Yang muda dan perempuan ini rata-rata karakter pinjamannya lebih tinggi daripada laki-laki, dan yang muda mereka punya kecenderungan peningkatan utang,” kata Huda dalam webinar Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023 bertajuk Layanan Finansial Digital: Antara Kemudahan dan Ancaman secara virtual, Senin (21/8/2023).
Baca Juga : Kredit Macet Tembus Rp1,73 Triliun, OJK Beberkan Tips Anak Muda Terhindar dari Jerat Pinjol |
---|
Huda menyampaikan untuk usia di bawah 19 tahun, rata-rata karakter pinjaman hanya Rp702.666 per Januari 2021. Namun per Juli 2022, rata-rata pinjaman naik menjadi Rp2,7 juta. Sementara per Juni 2023, rata-rata pinjaman untuk usia di bawah 19 tahun kembali melonjak menjadi Rp2,34 juta.
“Peminjam usia muda saat ini sangat potensial, di mana rata-rata peminjamannya tertinggi dengan rata-rata pinjaman Rp2,3 juta. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan awal 2021,” ungkapnya.
Menurut Huda penduduk usia muda saat ini menjadi incaran perusahaan pinjol, baik yang legal maupun ilegal. Adapun sifat konsumtif menjadi salah satu daya tarik penduduk usia muda.
“Yang muda yang berutang dan berpotensi gagal bayar dan berdampak ke aspek lainnya,” pungkas Huda.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi menyebut sejumlah bank saat ini mengeluhkan bagaimana banyak anak muda kesulitan mengajukan kredit ke perbankan.
Menurutnya, tunggakan kecil mulai dari Rp300.000 hingga Rp400.000 pun bisa merusak kredit skor, yang akhirnya mempengaruhi kemampuan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di bank, mendapatkan beasiswa, hingga mendapat pekerjaan.
Bahkan, dia menyebut seringkali orang mengalami kesulitan saat ingin melunasi tunggakan pinjaman atau paylater, lantaran sejumlah layanan pinjaman online mungkin sudah ditutup, sulit dihubungi, atau terdapat berbagai masalah lainnya yang membuat proses pelunasan menjadi sulit.
"Jadi, perlu berhati-hati dalam menggunakan layanan keuangan ini, karena situasi semacam ini nyata terjadi di sekitar kita dan kita akan mengintegrasikan itu [pinjol]," tegasnya.