Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate diperkirakan masih akan tertahan di level 5,75 persen. Sementara itu, suku bunga deposito perbankan masih terpantau tinggi bahkan mengalami kenaikan terbatas.
Berdasarkan laporan Perkembangan Pasar Keuangan Agustus 2023 yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), suku bunga simpanan perbankan meningkat terbatas di tengah kondisi likuiditas yang masih memadai.
Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank pada Juli 2023 berada di level 3,84 persen, naik 1 basis poin (bps) secara bulanan (month-on-month/MoM).
Bahkan, suku bunga deposito rupiah di kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II mencatatkan kenaikan 11 bps ke level 4 persen.
Pada periode yang sama, suku bunga simpanan valuta asing masih meningkat sejalan dengan arah kenaikan suku bunga global. Suku bunga rata-rata valuta asing industri naik 3 bps ke level 1,67 persen, diikuti kenaikan suku bunga KBMI I sebesar 5 bps ke level 1,62 persen.
"Suku bunga simpanan rupiah diperkirakan masih bergerak naik dengan laju lebih terbatas sejalan dengan arah suku bunga acuan yang dipertahankan tetap di level 5,75 persen," tulis LPS dalam laporan terbarunya pada Rabu (23/8/2023).
Baca Juga
Suku bunga acuan BI memang telah tertahan selama tujuh kali secara beruntun tahun ini di level 5,75 persen. BI sendiri akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 Agustus 2023 dan 24 Agustus 2023.
Dalam RDG BI itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan level suku bunga yang sudah bertahan sejak Januari 2023 tersebut masih akan konsisten pada 5,75 persen dalam rangka menjaga stabilitas inflasi dan rupiah.
“Stabilitas rupiah di tengah sentimen risk off mempengaruhi pasar keuangan negara berkembang termasuk pasar keuangan domestik. Dengan upaya stabilisasi rupiah, diharapkan akan membatasi dampak imported inflation sehingga pada akhirnya ekspektasi inflasi akan tetap terkendali,” kata Josua pada Rabu (23/8/2023).
Josua mengatakan bahwa risk off sentiment yang didorong oleh pelemahan kinerja perekonomian China serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang solid kemudian mendorong ekspektasi masih berlanjutnya kenaikan suku bunga AS.
Dalam jangka pendek, kondisi ini berpotensi memengaruhi pasar keuangan domestik. Tercermin dalam sebulan terakhir ini rupiah melemah sekitar 1,6 persen atau 245 poin ke level saat ini sekitar Rp15.325 per dolar sementara yield SUN 10 tahun juga cenderung meningkat 37bps ke level 6,62 persen.
“Suku bunga BI7DRR yang dipertahankan di level 5,75 persen juga ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang berpotensi didorong oleh kenaikan inflasi pangan di tengah fenomena El Nino,” tambah Josua.