Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menyoroti ramainya anak muda yang merogoh jutaan rupiah untuk membeli photocard yang ada pada album K-Pop dengan menggunakan layanan pinjaman online alias pinjol hingga paylater.
Besarnya minat kepada K-Pop telah membuat sejumlah pihak membuka jasa jasa pembayaran berupa paylater untuk memikat calon pembeli. Terutama di media sosial.
Peneliti Center of Digital Economy and SME Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa kebutuhan anak muda condong ke perilaku konsumtif, termasuk dalam hal membeli photocard album K-Pop.
“Yang cukup berbahaya dengan paylater atau pinjol, yaitu membeli foto album idola K-Pop [photocard], mereka sah-sah saja menggunakan paylater maupun pinjol untuk membeli apapun, tapi anak-anak muda ini banyak yang belum berpenghasilan,” ungkap Huda dalam Diskusi Publik bertajuk ‘Bahaya Pinjaman Online Bagi Penduduk Usia Muda’ secara virtual, Senin (11/9/2023).
Huda mengatakan bahwa umumnya, anak muda membeli foto album K-Pop menggunakan pinjol maupun paylater tidak dibarengi dengan peran dan persetujuan orang tua.
“Makanya kami harap untuk usia di bawah 19 tahun atau di bawah 23 tahun yang belum mendapatkan penghasilan, ketika mengajukan paylater atau pinjol ada persetujuan dari orang tua,” imbuhnya.
Baca Juga
Huda melihat konsumtif menggunakan jasa pinjol dan paylater seperti itu tengah terjadi di anak muda.
“Saya melihat perilaku konsumtif seperti itu yang terjadi dan itu sangat miris sekali. Apalagi cuma beli fotonya Blackpink pakai pinjol Rp8 juta, itu kan sangat mahal sekali,” tuturnya.
Selain itu, para promotor yang kembali melangsungkan konser musik yang sempat tertunda akibat pandemi juga membuat anak muda menggunakan paylater untuk membeli tiket.
“Paylater dan pinjol pun menggunakan siasat itu, adanya konser musik atau mereka butuh barang sesuatu, mereka mengiklankan di media sosial, dan akhirnya mereka menggunakan paylater atau pinjol,” pungkasnya.