Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Sunarso mengatakan tren suku bunga acuan yang tinggi membawa tantangan bagi sektor perbankan. BRI pun tengah siap dengan sejumlah siasat, termasuk meningkatkan efisiensi.
Bank Indonesia (BI) memang telah menaikan suku bunga acuannya pada pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini sebesar 225 basis poin (bps). Kemudian, dalam tujuh bulan beruntun pada tahun ini, BI telah menahan suku bunga acuannya di level 5,75 persen.
"Dalam situasi seperti itu, pasti tantangan bank adalah CoF [biaya dana/cost of fund] naik," kata Sunarso dalam Media Gathering pada Selasa (12/9/2023).
Ia menjelaskan tahun lalu BRI bisa menjaga CoF di level 1,9 persen hingga 1,8 persen. Tahun ini, CoF bank berada di atas 2 persen.
Akan tetapi, bisnis bank mesti bertumbuh di tengah tantangan tersebut. Bank pun mesti mengorbankan margin. Selain itu, bank berupaya untuk menjaga efisiensi.
"Jadi memang CoF naik, margin turun, kita imbangi dengan efisiensi," kata Sunarso.
Baca Juga
BRI sendiri mencatatkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang menyusut dari 69,56 persen pada Juni 2022 menjadi 66,62 persen per Juni 2023. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Kemudian, cost to income ratio (CIR) bank berpelat merah ini membaik dari 41,94 persen per Juni 2022 menjadi 41,79 persen per Juni 2023. Adapun, cost of credit (CoC) terus menurun ke level 2,24 persen.
"Ini adalah komponen-komponen yang kita bisa efisienkan," tuturnya.
Selain itu, BRI menyiasati tantangan suku bunga tinggi dengan menjaga rasio dana murah atau current account savings account (CASA). BRI meraup hampir Rp100 triliun yang masuk ke dalam komposisi dana murahnya.
Raupan dana murah bank itu didorong oleh layanan digital dan hybrid. Platform digital besutan BRI yakni BRImo telah mencatatkan 27,8 juta jumlah pengguna. Nilai transaksi juga tumbuh 76,3 persen yoy menjadi Rp1.896 triliun.
Sementara itu, BRI telah meraup laba bersih konsolidasi senilai Rp29,56 triliun pada semester I/2023, naik 18,83 persen yoy dibanding semester I/2022 Rp24,88 triliun.
Dari sisi intermediasi, BRI telah menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp1.202,13 triliun pada semester I/2023 dengan penopang utama berasal dari segmen mikro yang tumbuh 11,41 persen menjadi Rp577,94 triliun yoy.
Capaian kredit BBRI membuat aset bank berplat merah ini pun terkerek naik 9,21 persen yoy menjadi Rp1.805,15 triliun dari yang sebelumnya Rp1.652,84 triliun.
Dari sisi pendanaan, sepanjang semester I/2023 BRI meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp1.245,12 triliun, naik 9,51 persen yoy.