Bisnis.com, JAKARTA -- Harga saham bank-bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak menguat usai rontok pada penutupan perdagangan Kamis (19/10/2023).
Berdasarkan RTI Business, harga saham BBCA naik 2,57% dalam 24 jam terakhir ke level Rp8.975 pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023). Sementara, dalam sepekan, harga saham BBCA turun 1,10%.
Selanjutnya, harga saham BBRI menguat 1% ke level Rp5.050 pada perdagangan hari ini. Serupa dengan BBCA, harga saham dalam sepekan menurun 4,27%
Penguatan ini pun diikuti oleh bank jumbo lainnya yakni BBNI mencatatkan kenaikan harga saham 0,61% ke level Rp4.970, di mana dalam sepekan harga sahamnya mengalami penurunan 3,96%.
Terakhir, adalah BMRI yang turut naik 0,44% ke level Rp5.750 pada penutupan perdagangan hari ini. Adapun, dalam sepekan harga sahamnya turun 5,35%.
Sebelumnya, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan penurunan harga saham bank-bank jumbo memang dipengaruhi oleh tren suku bunga yang tinggi, di mana Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya menjadi 6%.
Baca Juga
Meski begitu, dirinya menilai penguatan harga saham perbankan Tanah Air saat ini hingga akhir bulan bakal didominasi oleh sentimen sentimen rilis kinerja keuangan kuartal III/2023.
“Kalau BCA karena kinerjanya masih sesuai ekspektasi jadi menguat, sisa 3-nya [BMRI, BBNI, dan BBNI], investor masih wait and see,” ujarnya pada Bisnis, Jumat (20/10/2023).
Hal senada juga disampaikan oleh AWP Asesor Kompetensi LSP Pasar Modal Gembong Suwito yang menilai kenaikan harga saham BBCA, lantaran rilis laporan kuartal III/2023 yang mengalami kenaikan EPS (earning per share) dari 88 ke 99 pada kuartal III/2023
“Tinggal tunggu rilis laporan BBRI , BMRI dan BBNI. Seharusnya juga akan baik pertumbuhannya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, bagi Gembong, sentimen positif kala terus berlanjut dan terus ditunggu market, kala komposisi capres dan cawapres makin terlihat, sehingga peta politik akan makin lengkap.
“Selain itu, suku bunga BI juga dinaikan untuk menahan laju pelemahan rupiah dan outflow investor asing,” ungkapnya.
Adapun, dalam riset Samuel Sekuritas terbaru, sektor perbankan mendapatkan peringkat overweight dengan bank jumbo BMRI dan BBNI sebagai top pick.
"Kami mempertahankan rating overweight untuk sektor perbankan karena kinerjanya yang kuat, terutama jika dibandingkan dengan sektor lain," tulis Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman dalam risetnya.
Samuel Sekuritas mencantumkan target harga untuk BMRI di level Rp7.000. Lalu, target harga BBCA di level Rp10.500. Target harga BBRI di level Rp6.400 dan target harga BBNI di level Rp11.500.
Di sisi lain, kondisi berbeda dialami BTPS yang mencatatkan penurunan harga saham hingga 5,59% pada penutupan perdagangan hari ini. Bahkan, dalam sepekan harga sahamnya terkoreksi hingga 14,24%.
Tak hanya itu, dari sisi perbankan digital, sejumlah emiten saham perbankan seperti AGRO, BBYB, dan BBHI parkir di zona merah, di mana masing-masing turun 2,29% ke level Rp256, 2,36% ke level Rp248, dan 2,44% ke level Rp1.200.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus tren lesunya saham bank digital, lantaran belum ada sentimen yang mampu mendukung kenaikkan bagi saham bank bank digital.
Mulai melambatnya perkembangan ekosistem juga menjadi salah satu faktor sulitnya harga bank digital mengalami kenaikkan.
“Oleh sebab itu, besar harapan kami tatkala sentimen akan kenaikkan tingkat suku bunga masih memberatkan sektor teknologi, bank bank digital mampu untuk berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem yang mereka miliki,” tuturnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.