Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Green Financing Bank dan Arah Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan

Penyaluran kredit hijau terus dipacu dengan tujuan mempersiapkan amunisi baru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023)./Bisnis Indonesia-Rachman.
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023)./Bisnis Indonesia-Rachman.

Bisnis.com, JAKARTA — Besarnya potensi penyaluran kredit hijau di Indonesia menjadi amunisi baru perbankan untuk meningkatkan bisnis sekaligus melindungi keberlanjutan bumi.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan penyaluran kredit hijau di Indonesia potensial menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi.  Semakin besar penyaluran kredit, maka pertumbuhan ekonomi semakin menanjak.

"Kontribusi kredit hijau sendiri ke Indonesia bisa tumbuh signifikan. Meskipun, saat ini masih tergolong kecil," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/10/2023).

Apalagi, penyaluran kredit hijau saat ini dalam tren tumbuh positif. "Peluangnya terbuka lebar. Di satu sisi jadi model bisnis baru bagi lembaga jasa keuangan, termasuk bank. Sekarang pun mengemuka secara global isu ESG [environmental, social, and governance] dan jadi tren. Proses percepatan kredit hijau ini harusnya jadi menarik," tutur Amin.

Sebelumnya, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Rapat Umum Anggota (RUA) Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) per Juli lalu (20/7/2023) menyoroti peran strategis pembiayaan berkelanjutan, termasuk kredit hijau dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Menurutnya, saat ini isu-isu terkait ESG serta perubahan iklim telah menjadi topik utama para pemimpin dunia. Berbagai negara pun telah mengambil tindakan serius dalam mengatasi perubahan iklim dan implementasi ESG. 

Indonesia sebagai bagian dari komunitas global pun turut berkomitmen melalui enhanced nationally determined contribution yang tujuannya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga sebesar 31,9 persen pada 2030 serta net zero emissions (NZE) pada 2060.

Adapun, berbagai agenda-agenda ekonomi berkelanjutan itu membutuhkan dukungan menyeluruh dari sektor jasa keuangan untuk menggerakkan sektor riil dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. 

Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt juga mengatakan peluang ekonomi berkelanjutan baru nilainya bisa mencapai US$20 miliar. Peluang hadirnya ekonomi berkelanjutan baru di Indonesia itu menurutnya terbuka lebar dengan berbagai alasan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper