Bisnis.com, JAKARTA -- Regulator terus mengantisipasi berbagai kondisi stabilitas sektor jasa keuangan di tengah dinamika ketidakpastian ekonomi global. Salah satunya dengan melaksanakan stress test lintas sektor keuangan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebutkan pihaknya telah melakukan stress test di seluruh sektor jasa keuangan terkait tekanan pada sektor perekonomian.
Uji tekanan pada sistem keuangan ini meliputi sejumlah parameter seperti dampak pelemahan nilai tukar rupiah hingga kenaikan inflasi.
“Tentu stress test spesifik dilakukan di masing-masing institusi. Dalam konteks OJK meliputi seluruh sektor yang ada baik itu perbankan, keseluruhan IKNB dan pasar modal,” ujarnya dalam Konferensi Pers KSSK, Jumat (3/11/2023).
Lebih lanjut, OJK pun meminta masing-masing dari lembaga sektor jasa keuangan itu untuk melakukan stress test yang sifatnya forward looking terhadap berbagai skenario yang dilihat sebagai risiko utama.
Tercatat, sektor perbankan mampu menunjukkan resiliensi dengan permodalan yang tinggi dan kinerja intermediasi yang tetap positif.
Permodalan perbankan tetap solid ditinjau dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) industri Perbankan yang tinggi sebesar 27,41%. Fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik dalam menopang perekonomian, baik dari sisi pembiayaan (perkreditan) maupun dalam penghimpunan dana.
Pada September 2023, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 8,96% yoy dibanding sebelumnya 9,06% yoy menjadi Rp6.837,30 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 11,19% yoy.
Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 meningkat sebesar 6,54% yoy dari 6,24% yoy atau menjadi sebesar Rp8.147,17 triliun, dengan kontribusi terbesar dari Giro yang tumbuh sebesar 9,84% yoy.
“Likuiditas industri perbankan pada September 2023 dalam level yang memadai dengan risiko kredit yang terjaga,” katanyaHal ini tercermin, dari Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) berada pada 115,37% dari 118,50% dan 25,83% dibanding sebelumnya 26,49%.
Menurut Mahendra, angka tersebut masih jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,77% dari 0,79% dan NPL gross sebesar 2,43%.
Kemudian, pemulihan ekonomi juga terus berlanjut di sektor riil, sehingga mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 di September 2023 sebesar Rp9,17 triliun menjadi Rp316,98 triliun dengan jumlah nasabah yang menurun menjadi 1,32 juta nasabah.
Risiko Pasar Keuangan Global
Meningkatnya volatilitas dan persepsi risiko di pasar keuangan global berpengaruh terhadap kinerja pasar modal domestik, namun penghimpunan dana melalui pasar modal tetap positif.
Kinerja IHSG hingga 27 Oktober 2023 tercatat melemah sebesar 1,34% ytd. Investor nonresiden mencatatkan outflow di pasar saham sebesar Rp11,61 triliun ytd. Sementara itu, tren pertumbuhan jumlah investor pasar modal terus berlanjut yang mencapai 11,86 juta investor.
Penghimpunan dana korporasi melalui pasar modal masih melanjutkan tren positif, dengan nilai penghimpunan dana per 27 Oktober 2023 tercatat sebesar Rp204,14 triliun, termasuk oleh 68 emiten baru.
“Pencapaian ini telah melampaui target emisi penghimpunan dana di pasar modal tahun 2023, yakni sebesar Rp200 triliun,” katanya.