Bisnis.com, JAKARTA -- Sebagian bank digital Indonesia mencatatkan kinerja keuangan yang membaik sepanjang kuartal III/2023. Sayangnya, kinerja yang moncer belum cukup untuk menjadi katalis bagi saham-saham bank digital yang kini terus mengalami downtrend.
Berdasarkan RTI Business, harga saham BBYB terparkir di zona hijau, naik 13,82% dalam 24 jam terakhir ke level Rp280 pada penutupan perdagangan Selasa (14/11/2023). Bahkan, jika ditarik dalam sepekan, saham BBYB masih tercatat naik 20,69%.
Namun, harga saham BBYB terus tertekan sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), tercatat BBYB turun 56,59% Bahkan, jika menilik pergerakan satu tahun terakhir, BBYB masih penurunan hingga 56,59%
Selanjutnya, harga saham ARTO pun mengalami kenaikan 5,13% menjadi Rp2.050 pada penutupan perdagangan hari ini. Sayangnya, sejak awal tahun, saham ini mengalami penurunan 44,89%.
Sama seperti ARTO, kenaikan harga saham juga dialami oleh AMAR yang naik 6,67% ke level Rp320 pada penutupan perdagangan hari ini. Namun, dalam sepekan terakhir sahamnya harus terparkir di zona merah sebesar 1,43%
Adapun, saham AGRO juga terpantau terparkir di zona hijau, terbukti naik 3,25% ke level Rp254. Sayangnya, jika ditarik sejak awal tahun, saham AGRO harus terkoreksi hingga 37,13%
Baca Juga
Lalu, disusul saham BBHI juga naik sebesar 1,62% ke level Rp1.255. Akan tetapi, selama satu tahun ke belakang, saham BBHI turun 43,97%.
Di sisi lain, kondisi berbeda justru dialami BANK, di mana pada penutupan perdagangan hari ini, BANK terparkir di zona merah turun 1,45% ke level Rp1.020. Apabila menilik selama satu tahun ke belakang, sahamnya pun turun 23,6%.
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta menyebut hampir semua saham bank digital sedang mengalami bearish consolidation alias downtrend, termasuk BBHI, BBYB, AGRO, AMAR hingga BANK.
Sementara, khusus untuk saham ARTO, dirinya memantau bahwa sudah cenderung bullish consolidation, karena downtren-nya sudah terbatas serta didorong dengan market cap yang kuat.
Meski begitu, menurutnya saat ini semua bank digital perlu berjuang keras dalam menghadapi persaingan yang ketat. Apalagi, mengingat bank KBMI IV terus mengoptimalkan digitalisasi dalam menawarkan produk hingga layanannya.
“Setidaknya begini, untuk likuiditas relatif bank KBMI IV ini masih unggul, bahkan rasio kredit bermasalah nonperforming loan masih rendah jika dibanding bank digital. Apalagi bank KBMI IV itu punya mitigasi risiko yang sudah diterapkan dengan baik dan efektif,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (14/11/2023)
Nafan sendiri sejauh ini belum merekomendasikan saham bank digital. “Untuk rekomendasi lebih favoritkan bank KBMI IV, bank digital enggak,” katanya.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mencermati bahwa prospek bank digital sangatlah positif.
“Dengan pertumbuhan pengguna internet yang kian massif, tentu bank digital akan memiliki dampak yang positf di masa yang akan datang, karena akan mempermudah user dalam menggunakan layanan perbankan nantinya,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (14/11/2023)
Akan tetapi, memang menurutnya ketidakpastian secara global, tingginya tingkat suku bunga, mandeknya perkembangan ekosistem yang membuat perkembangan bank digital menjadi melambat.
Oleh karena itu, perkembangan ekosistem digital adalah 'pekerjaan rumah' utama bagi pemain, karena makin besar ekosistem, tentu akan makin memberikan dampak positif, apalagi khususnya ketika ekosistem tersebut mampu memberikan nilai tambah dan kemudahan dalam kehidupan masyarakat.
“Bank digital diharapkan dapat memperbesar ekosistem yang dimiliki dengan melakukan kolaborasi dengan industri lain agar terciptanya keterikatan akan kebutuhan nantinya,” ungkap Nico.
Seakan menyepakati Nafan, Nico pun berujar apabila dilihat secara teknikal, yang juga merupakan jangka pendek, pergerakan saham semua bank digital cenderung masih mengalami penurunan.
“Tapi secara prospek masih positif. Tapi, bukan berarti secara teknikal akan langsung mengalami kenaikkan ya,” tegasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.