Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Akhir Tahun Simpanan di Bank Melambat, Likuiditas Makin Ketat?

Berdasarkan data BI, himpunan DPK bank tumbuh 3,43% secara tahunan pada Oktober 2023 melambat dibandingkan September 2023 yang sebesar 6,54%.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat laju simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) mengalami tren pelambatan pada Oktober 2023, berbeda kondisi dengan penyaluran kredit yang kian bertumbuh jelang akhir tahun.

Berdasarkan data BI, himpunan DPK bank tumbuh 3,43% secara tahunan (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Namun, pertumbuhan DPK pada Oktober 2023 merosot dibandingkan dengan pertumbuhan DPK pada bulan sebelumnya atau September 2023 sebesar 6,54% yoy.

Berbeda kondisi dengan DPK, laju kredit kian menanjak pada Oktober 2023. Tercatat, kredit perbankan pada Oktober 2023 tumbuh 8,99% yoy setelah bulan sebelumnya atau September 2023 tumbuh 8,96%.

Meski begitu, BI mencatat likuiditas perbankan tetap terjaga dan mampu menopang laju kredit. "Likuiditas perbankan yang masih memadai mendukung ketahanan stabilitas sistem keuangan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (23/11/2023).

Menurutnya pada Oktober 2023, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yaitu di level 26,36%.

Sebelumnya, Senior Economist INDEF Aviliani mengatakan tren pelambatan DPK terjadi pada tahun ini saat konsumsi kelompok masyarakat menengah ke atas kembali normal. Saat kondisi tersebut, masyarakat menginginkan return dari investasinya di simpanan dengan bunga yang tinggi.

Apabila suku bunga simpanan di bank-bank Indonesia kalah dibandingkan dengan bunga di negara lain, masyarakat akan menyimpan dananya di luar.

"Singapura misalnya bunganya tinggi, jadinya dia [masyarakat] investasi di tempat lain. Dananya akan keluar masuk tergantung return yang diberikan," ujarnya dalam acara Media Literacy Circle dengan tajuk Building Inclusive Economies yang digelar UOB Indonesia pada Agustus lalu (15/8/2023).

Untuk itu, menurutnya otoritas hingga regulator harus menjaga daya tarik masyarakat untuk menyimpan dananya di perbankan Indonesia. "Pengusaha diajak ngobrol juga, agar dana tak keluar semua," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper