Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah perbankan Tanah Air kini bergeliat mencari opsi pendanaan non-dana pihak ketiga (DPK) demi memperbaiki struktur pendanaan jangka panjang dan mendukung pertumbuhan kredit dari waktu ke waktu.
Hal ini sejalan dengan laporan Indikator Pasar Keuangan yang dirilis LPS baru-baru ini, sumber dana non-DPK perbankan telah mencapai Rp533,96 triliun, meningkat 0,16% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2023 dari bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -3,39% yoy.
"Kenaikan pertumbuhan sumber dana non-DPK terutama dikontribusi dari meningkatnya pinjaman diterima sebesar Rp9,33 triliun yoy dan kewajiban bank lain sebesar Rp9,31 triliun yoy," tulis LPS dalam laporannya dikutip Bisnis, Minggu (12/11/2023).
Perkembangan ini menunjukkan likuiditas bank yang masih baik ditopang tersedianya alternatif sumber pendanaan nonDPK yang besar.
“Faktor selisih biaya dana dan peningkatan permintaan kredit adalah faktor utama yang mempengaruhi pilihan bank dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan di luar DPK,” tulis LPS.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga turut menjelaskan bahwa dengan kenaikan suku bunga, alhasil membuat biaya non-DPK turut meningkat.
“Kembali lagi bila likuiditas ketat, maka pendanaan non-DPK akan menjadi alternatif walau dengan dana mahal,” katanya pada Bisnis, Jumat (10/11/2023).
Kondisi Perbankan
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya yang mencatat pendanaan non-DPK BCA telah mencapai Rp9,6 triliun per September 2023, meningkat sekitar 5% dibandingkan tahun sebelumnya.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengatakan hal ini dilakukan sebagai salah satu komitmen perusahaan.
“Pada prinsipnya, BCA berkomitmen untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” katanya pada Bisnis, Jumat (10/11/2023).
Meski demikian, kata Hera, total dana pihak ketiga BBCA sendiri tumbuh 6,2% YoY menjadi Rp1.089 triliun, ditopang oleh pertumbuhan CASA sebesar 4,7% YoY menjadi Rp869,8 trilun per September 2023.
Rasio CASA terhadap total DPK mencapai sekitar 80%, salah satu yang tertinggi di industri dengan biaya dana yang murah dan stabil.
“Sebagai informasi, kokohnya CASA sebagai dana inti bank selaras dengan kuatnya franchise perbankan transaksi, ditopang oleh inovasi yang berkesinambungan di ekosistem multi-channels serta basis nasabah yang terus meningkat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Hera menyebut total volume transaksi BCA terus tumbuh secara konsisten, mencapai 22 miliar sepanjang sembilan bulan tahun 2023, atau naik 26,8% YoY.
“Kanal mobile banking mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, tumbuh sebesar 43,4% YoY. Sementara itu, jumlah rekening nasabah mencapai 38,8 juta per September 2023, atau tumbuh 17,1% YoY,” tuturnya.
Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pun mencatatkan angka yang fantastis. Tercatat, berdasarkan posisi September 2023 (bank only), jumlah surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp40,93 triliun dan pinjaman yang diterima sebesar Rp50,55 triliun.
Dengan demikian, total pendanaan nonDPK sebesar Rp91,48 triliun atau 6,84% dari total liabilitas Bank Mandiri.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya Bank dalam memperoleh pendanaan stabil jangka menengah dan panjang.
"[Hal ini dilakukan] dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas bank, kondisi pasar, serta governance yang berlaku,” katanya pada Bisnis, Kamis (9/11/2023).
Sebagai informasi, pada 2023, Bank Mandiri telah menerbitkan Global Bond sebesar US$300 juta pada 4 April 2023.
Kata Rudi, penerbitan Global Bond tersebut merupakan bagian dari Euro Medium Term Notes (EMTN) Programme Bank Mandiri yang telah dibentuk sejak tahun 2019.
Selain itu, Bank Mandiri juga telah menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan Tahap I (Green Bond) pada 4 Juli 2023 sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I sebesar Rp10 triliun.
“Eksekusi penerbitan surat utang tersebut merupakan salah satu strategi Bank dalam memperkuat struktur pendanaan serta implementasi produk keuangan berkelanjutan,” tuturnya.
Meski begitu, dirinya menyampaikan bahwa BMRI sendiri optimis pada 2023 pertumbuhan DPK masih dapat menopang pemenuhan likuiditas, mendukung operasional, serta menunjang kebutuhan ekspansi bisnis.
Di mana, Bank Mandiri telah menghimpun total dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi yang tumbuh positif 6,6% year on year dari Rp 1.361,3 triliun di September 2022 menjadi Rp1.451,7 triliun di akhir September 2023 yang ditopang oleh CASA. Total dana murah Bank Mandiri berhasil menembus Rp1.070,3 triliun, naik sebesar 12,8% secara YoY.
Rasio dana murah Bank Mandiri pun terkerek naik menjadi 73,7% secara konsolidasi dan 78,8% secara bank only di September 2023.
“Angka ini tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 69,7% secara konsolidasi dan 73,3% secara bank only,” katanya beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, PT Bank BTPN Tbk. juga dikabarkan terus melakukan diversifikasi pendanaan demi menghindari risiko likuiditas
Meski tak menyebut berapa nominal himpunannya, akan tetapi Direktur Keuangan Bank BTPN Hanna Tantani menjelaskan bahwa pihaknya terus mengkaji sejumlah pendanaan demi mendukung pertumbuhan kredit dari waktu ke waktu.
“Selain dana pihak ketiga, Bank BTPN juga memiliki sumber pendanaan seperti obligasi, short-term dan long-term borrowing, bilateral borrowing dengan institusi lainnya dan juga dari pasar uang,” ujarnya saat dihubungi Bisnis beberapa waktu lalu.
Hanna menegaskan dalam menentukan sumber pendanaan, Bank BTPN menetapkan rencana strategis pendanaan, dan ini diimplementasikan sesuai kondisi pasar, baik jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Mulai dari memperhatikan struktur neraca, rasio-rasio yang perlu dijaga, dan manajemen risiko nilai tukar dan suku bunga sebagai bagian dari manajemen aktif yang dilakukan oleh bank atas volatilitas pasar dan maturity mismatch.
Adapun, yang paling baru saat ini, kala Bank BTPN menandatangani kesepakatan dengan International Finance Corporation yang akan berinvestasi hingga US$500 juta di Bank BTPN melalui obligasi sosial dan hijau, sebagai salah satu upaya Bank BTPN dalam memperoleh pendanaan.
Penerbitan obligasi kategori ini merupakan yang pertama bagi Bank BTPN dan memperkuat komitmennya dalam mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, khususnya bisnis-bisnis yang dipimpin oleh perempuan serta aksi adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Penerbitan obligasi oleh Bank BTPN ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan dalam SDGs [Sustainable Development Goals] yang diharapkan dapat dicapai pada 2030,” tutupnya.
Sebagai informasi, laporan keuangan Bank BTPN pada kuartal III/2023 masih belum dipublikasikan. Namun, per akhir Juni 2023, Bank BTPN mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 4% year-on-year menjadi Rp107,35 triliun.