Bisnis.com, JAKARTA – Pusat Investasi Pemerintah (PIP) memproyeksikan kebutuhan akan pembiayaan usaha di level ultra mikro (UMi) akan meningkat pada masa Pemilu 2024 atau tahun politik.
Meski tidak menyebutkan adanya kenaikan target di tahun depan, Direktur Utama PIP Ismed Saputra mengungkapkan tahun politik menjadi pendorong peningkatan aktivitas ekonomi.
“Kami memproyeksikan akan ada kebutuhan pembiyaaan di level mikro seperti sablon, kue kecil, nasi bungkus, itu akan sangat berkembang,” ujarnya saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, Selasa (5/12/2023).
Adapun, Ismed mengaku dengan PIP yang baru berdiri pada 2017 tersebut, belum memiliki pengalaman banyak di momen Pemilu.
Dengan kondisi pascapandemi Covid-19 di mana aktivitas ekonomi pulih, ditambah dengan masuknya tahun politik, tentu akan meningkatkan kebutuhan pembiayan.
“Pengamatan kami, pengguna UMi ini usaha kecil untuk bertahan hidup, mau politik mau Covid-19, itu tetap bertahan hidup. Pas Covid-19 pun debitur kita tak berkurang,” jelasnya.
Baca Juga
Ismed menyampaikan bahwa sekitar 90% debitur UMi merupakan pedagang eceran. Dirinya melihat bahwa sektor tersebut cukup bertahan di segala situasi, sehingga sentimen dari tahun politik justru akan meningkatkan usaha sektor tersebut.
Dari 9,48 juta debitur yang tercatat sejak 2017 hingga 4 Desember 2023, Ismed mengatakan debitur UMi yang berulang mencapai 2,2 juta debitur.
Menurutnya, debitur berulang lantaran jumlah pinjamannya memang tidak terlalu besar, yakni sekitar Rp2 juta-Rp5 juta.
Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, Ismed menargetkan 2,2 juta debitur baru setiap tahunnya termasuk untuk 2024 dengan nilai penyaluran pinjaman sejumlah Rp8 triliun.
Terlebih untuk tahun depan, PIP merencakana akan implementasi UMi Pro dengan plafon hingga Rp100 juta, di samping plafon Rp20 juta. Artinya, masyarakat memiliki pilihan untuk mengambil pinjaman melalui Badan Layanan Usaha (BLU) di bawah Kementerian Keuangan tersebut.