Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan senilai Rp115,18 triliun per Oktober 2023. Aset BPJS Kesehatan turun jika dibandingkan posisi September 2023 Rp117,29 triliun.
Namun, jika dilihat secara tahunan, aset BPJS Kesehatan naik jika dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy), yaitu Rp109,01 triliun pada Oktober 2022.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa BPJS Kesehatan sejak didirikan mengalami defisit, namun kini sudah mencetak surplus.
Bahkan, Ghufron menuturkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan meningkat tajam, begitu juga dengan utilisasi yang naik tajam.
Tahun ini, kata Ghufron, BPJS Kesehatan telah membayar biaya tambahan lebih dari Rp35 triliun ke fasilitas kesehatan.
“Itu yang mengakibatkan kita bayar lebih banyak. Mungkin lebih banyak [kami membayar ke faskes] ini bisa mengurangi aset, mengurangi kelebihan kita. Tetapi, enggak apa-apa, menurut saya, itu harga yang harus dibayar oleh BPJS kepada peserta, karena kita lembaga not for profit,” kata Ghufron saat ditemui Bisnis di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
Baca Juga
Ghufron menjelaskan saat BPJS Kesehatan mengalami surplus, maka pihaknya akan mengembalikannya kepada fasilitas kesehatan.
“Jadi kalau ada surplus, ya kita kembalikan, kita bayarin. Kita nggak ngumpulin duit untuk BPJS biar untungnya banyak, nggak. Kita bukan lembaga usaha mencari profit,” terangnya.
Lebih lanjut, Ghufron menambahkan bahwa BPJS Kesehatan akan mengembalikannya kepada peserta. “Jadi bukan berkurang [aset] dalam pengertian kita defisit, itu enggak. Kami mengembalikan kepada peserta BPJS Kesehatan,” pungkasnya.