Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan perseroan cukup tertantang dalam menghimpun dana pihak ketiga, utamanya dana murah atau current account saving account (CASA) di tengah tren suku bunga yang menanjak.
Dirinya menyebut, alhasil sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan BI rate ke level 6%, hal ini membuat jarak antara suku bunga giro dan tabungan atau dana murah dengan suku bunga deposito berjangka makin besar.
“Jadi, tidak heran orang mencoba untuk mengendapkan dananya yang cukup lama untuk diusahakan kepada yield yang lebih besar, untuk apa [dana] dia terus taruh di tabungan,” ujarnya dalam Paparan Kinerja 2023 BCA, Kamis (25/1/2024).
Terkecuali, kata Jahja, untuk para pengusaha atau kelompok masyarakat yang sering bertransaksi, justru mereka membutuhkan dana yang likuid, seperti tabungan dan giro.
Lebih lanjut, dia menyebut perkembangan dana murah BCA sepanjang 2023 mencapai 4,3% secara tahunan (yoy). Angka ini melampui industri yang hanya tumbuh 2,1% yoy. Meski begitu, dirinya menyebut kondisi industri tersebut sangat wajar.
“Ini lantaran [industri] cukup berat peningkatannya, karena perbedaan bunga CASA dan time deposit cukup besar,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) BCA naik 6% secara tahunan mencapai Rp1.102 triliun, lagi-lagi melampaui jumlah industri yang tumbuh di kisaran 3% yoy.
“Dua kali dari industri, dalam hal ini time deposit [BCA] meningkat. Jadi, dalam kurun waktu 2023, seluruh DPK kita lebih baik dari total industri,” katanya.
Sebagai informasi, BCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan.
Kenaikan laba juga ditopang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA tumbuh 17,5% YoY menjadi Rp75,4 triliun di sepanjang 2023.
Seiring dengan pertumbuhan laba, laju kredit perseroan juga meningkat 13,9% secara tahunan menjadi Rp810,4 triliun
Adapun, dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6,0% YoY mencapai Rp1.102 triliun, sehingga mendorong kenaikan total aset BCA sebesar 7,1% YoY menjadi Rp1.408 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80% dari total DPK.