Bisnis.com, JAKARTA -- Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menilai prospek pertumbuhan kredit masih positif yang ditopang oleh kebutuhan modal kerja dan investasi.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menyebut permintaan kredit korporasi juga datang dari perusahaan-perusahaan yang memerlukan refinancing luar negeri, di tengah tingginya tingkat bunga mata uang dolar AS.
”Kami melihat masih adanya potensi pertumbuhan kredit dan kami senantiasa memantau perkembangannya,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (6/2/2024).
Lebih lanjut, pihaknya juga melihat adanya mixed trend terhadap kebutuhan capital expenditures atau akuisisi. Selain itu, refinancing atau liability management dan kebutuhan modal kerja.
“Secara umum, kami melihat berbagai faktor yang berpengaruh termasuk kondisi global termasuk geopolitik, keadaan interest-rate environment, kondisi FX IDR, keadaan politik di Indonesia, dan lainnya,” katanya.
Menurut Batara, berbagai hal akan menentukan kebijakan, arah strategi bisnis dan keuangan di tahun 2024 ini.
Baca Juga
Adapun, terkait penyaluran kredit, Citi Indonesia akan fokus kepada sektor-sektor kunci yang mendorong perekonomian Indonesia. Misalnya, sektor minerba, energi, produk dan jasa yang banyak dibutuhkan masyarakat, jasa keuangan, telekomunikasi, dan lainnya.
”Di samping itu, kami juga tetap melihat peluang di pembiayaan hijau dan sosial [green and social financing],” sebutnya.
Sebagaimana diketahui, kredit yang disalurkan perbankan pada Desember 2023 telah mencapai Rp7.044,8 triliun. Penyaluran kredit bank terdorong oleh moncernya segmen korporasi.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), nilai kredit bank pada Desember 2023 itu tumbuh 10,3% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,7% yoy.
"Perkembangan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada debitur korporasi 11,6% yoy," tulis BI pada Senin (22/1/2024).
Pertumbuhan penyaluran kredit korporasi pada Desember 2023 lebih pesat dibandingkan bulan sebelumnya atau November 2023 sebesar 10% yoy.
Sementara itu, bila mengacu Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan, BI memperkirakan kebutuhan pembiayaan korporasi pada tiga bulan yang akan datang atau sampai Maret 2024 tetap kuat dengan SBT 22,1%.
Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi itu diprediksi terjadi pada industri pengolahan. Sementara, pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional.