Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bank umum telah meraup laba Rp243,32 triliun sepanjang 2023, tumbuh 20,56% secara tahunan (year on year/yoy) ditopang kinerja moncer bank jumbo.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, kinerja laba industri perbankan di Indonesia terdorong oleh raupan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang mencapai Rp529,66 triliun pada 2023, naik 8,57% yoy di tengah tantangan tren suku bunga acuan tinggi.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank juga masih meningkat dari 4,46% pada 2022 menjadi 4,93% pada 2023.
Selain dari sisi bunga, kinerja laba terdorong oleh pendapatan selain bunga yang melonjak 27,14% yoy menjadi Rp664,97 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kinerja perbankan pada 2023 juga didukung kondisi permodalan yang memadai. "Kondisi permodalan yang relatif tinggi, dengan CAR [capital adequacy ratio] mencapai 27,65%. Mungkin ini [CAR] salah satu yang tertinggi di dunia," ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data OJK, CAR di level 27,65% per Desember 2023 itu mencatatkan peningkatan dibandingkan Desember 2022 di level 25,63%.
Baca Juga
Dilihat dari sisi kelompok bank, kinerja laba industri perbankan ditopang oleh moncernya laba kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV atau bank jumbo. Tercatat, KBMI IV meraup laba bersih Rp173,52 triliun pada 2023, naik 21,05% yoy.
Laba bank jumbo ini juga paling dominan, menguasai 71,31% raupan laba industri perbankan keseluruhan.
Adapun, sepanjang 2023, sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memang mencatatkan kinerja cuan yang meyakinkan.
Bank Mandiri telah membukukan laba bersih sebesar Rp55,06 triliun pada 2023, naik 33,73% yoy.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan kinerja laba Bank Mandiri itu diraih di tengah berbagai tantangan yang ada pada 2023. "Kondisi ekonomi Indonesia masih resilien didorong peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan inflasi yang masih terjaga. Di sisi lain ruang kinerja fiskal Indonesia masih besar untuk dapat terus mendukung perekonomian,” kata Darmawan dalam paparan kinerja pada bulan lalu (31/1/2024).
Sementara itu, BCA telah meraup laba bersih Rp48,63 triliun pada 2023, naik 19,4% yoy. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan kinerja laba bersih bank didukung oleh penyaluran kredit yang terakselerasi.
Menurutnya, kinerja penyaluran kredit perseroan terjaga meski di tengah tekanan inflasi global dan sensi geopolitik. “Salah satunya terdorong dengan adanya penyelenggaraan event, dua kali BCA Expo,” ujarnya dalam paparan kinerja bulan lalu (25/1/2024).
Lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) membukukan laba bersih konsolidasi Rp60,09 triliun, naik 17,43% yoy. Direktur Utama BRI Sunarso menyebut ada sejumlah faktor yang membuat laba perseroan moncer.
“Capaian ini ditopang penyaluran kredit yang tumbuh dobel digit diatas industri perbankan, kualitas kredit yang terjaga baik, penghimpunan dana pihak ketiga yang fokus pada dana murah serta efisiensi yang terus meningkat dari transformasi digital BRI,” katanya dalam paparan kinerja 2023, Rabu (31/1/2024).
Sementara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) membukukan laba bersih konsolidasi Rp20,9 triliun, naik 14,14% yoy. Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan kinerja laba bank salah satunya ditopang pendapatan non-bunga (non-interest income).
“Kebutuhan transaksi dari segmen business banking dan consumer dapat dijawab oleh berbagai channel digital, sehingga memberikan kontribusi pendapatan yang konsisten bagi BNI,” katanya dalam paparan kinerja pekan lalu, (26/1/2024).