Bisnis.com, NUSA DUA — Indonesia Financial Group (IFG) menyampaikan bahwa kerja sama dengan PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) untuk pengembangan standardisasi sistem informasi dasar pertanggungan asuransi.
Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko menuturkan bahwa industri asuransi memerlukan optimalisasi seleksi risiko, pencadangan, dan Penyertaan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117.
Menurutnya, hal ini dilakukan untuk menciptakan sistem yang seragam dan lengkap untuk keperluan proses secara digital dan langsung, serta untuk keperluan analitik.
“Sekarang ini dalam memasukkan data pertanggungan ke core system, antar perusahaan-perusahaan di lingkungan IFG ada perbedaan-perbedaan standard,” kata Hexana kepada Bisnis, Rabu (6/3/2024).
Hexana mengungkapkan bahwa kerja sama dengan Indonesia Re ini strategis untuk dilakukan, sehingga standar tersebut akan dapat tersalurkan ke industri melalui reasuransi. “Karena semua perusahaan asuransi memerlukan reasuransi,” tambahnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat menyampaikan bahwa kerja sama antara Indonesia Re dan IFG merupakan proyek membangun taksonomi data asuransi standar Indonesia yang bisa dipakai oleh seluruh industri asuransi.
Baca Juga
Delil menjelaskan bahwa kerja sama ini dilakukan untuk menyusun secara terstruktur detail data yang diperlukan untuk setiap lini bisnis atau setiap jenis pertanggungan dan dibuat standarisasi.
“Jadi standar data apa saja yang dibutuhkan untuk asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, data apa [saja] yang diperlukan, hingga format kode distandarisasi. Ini yang sedang kami kerjakan oleh Indonesia Re dan IFG,” jelas Delil kepada Bisnis.
Dia menyampaikan dengan adanya taksonomi data industri asuransi, maka akan menghasilkan output berupa struktur data yang standar untuk semua lini bisnis.
“Tentu hal ini kemudian akan dipakai terlebih dahulu di IFG Group dan Indonesia Re Group yang menginisiasi, tapi ke depan kami berharap output ini bisa dipakai secara lebih luas di industri asuransi nasional,” ungkapnya.
Dengan kerja sama ini, Delil mengungkapkan bahwa industri asuransi akan memiliki struktur data yang standar sehingga pertukaran data (data sharing) antar pemain di industri asuransi menjadi lebih seamless, lebih mudah, efektif, dan efisien ke depan.
“Karena data yang dipertuan itu sudah sama, jadi tidak perlu data rekonsiliasi yang diperlukan ketika mereka mempertukarkan data satu sama lain,” pungkasnya.