Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan di Indonesia disebut tahan banting di tengah ketidakpastian ekonomi global dan krisis keuangan yang terjadi di negara lain.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan industri bank Tanah Air tetap kuat saat terjadi situasi buruk, seperti kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat.
"Kita sama-sama mengetahui tidak ada pengaruh, dari sisi SVB bisa dikatakan beberapa negara terkena, tetapi bank-bank di Indonesia tidak terpengaruh," ujarnya dalam Seminar Economic Outlook 2024 di Jakarta, Jumat (22/3/2024).
Dian menambahkan sampai saat ini, perbankan Indonesia tidak menghadapi persoalan serius dengan implikasi global dan domestik. Tak hanya itu, rasio keuangan perbankan RI juga disebut sangat baik.
Misalnya saja, sebut Dian, dari pertumbuhan kredit yang di atas 10% secara tahunan pada tahun lalu. Begitu pula dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang rendah.
"Kita sudah NPL rendah, growth kredit bisa mencapai angka 11% tahun lalu. Prediksi tahun ini, dari rencana bisnis bank, nampaknya pertumbuhan kredit tidak bergeser," jelasnya.
Baca Juga
Sebagai informasi, pertumbuhan kredit terbaru, yaitu pada Februari 2024 sebesar 11,28% yoy. Sementara itu, rasio NPL net perbankan tercatat 0,79% dan NPL gross 2,35% per Januari 2024.
Dian melanjutkan hasil survei menunjukkan bahwa perbankan masih dalam area optimistis. "Jadi, dengan demikian bekal yang dimiliki, usai prospes politik selesai dan settle, saya kira kita mempersiapkan diri kita untuk take off ke arah lebih baik," jelasnya.
Wamen Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pada kesempatan yang sama menuturkan perbankan RI merupakan salah satu yang kuat di Asean, salah satunya tercermin dari tingkat margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang cukup tinggi dan pertumbuhan masif di sektor UMKM.
NIM perbankan Indonesia tercatat sebesar 4,81% pada Desember 2023 dan 4,54% per Januari 2024. Sementara, berdasarkan laporan BI, per Februari 2024 nilai kredit yang disalurkan ke segmen UMKM mencapai Rp1.364 triliun, naik 9,4% yoy.
Selain itu, lanjut Tiko, sapaan akrab Kartika, menambahkan saat ini restrukturisasi kredit telah menurun drastis dan pencadangan kredit macet juga menyusut signifikan, yang pada akhirnya mendorong bank-bank dapat menumbuhkan laba yang baik dan berkelanjutan.
"[Pada] 2024 kita optimistis tapi tetap waspada. Dengan berakhirnya Pemilu 2024, investasi akan kembali meningkat dan optimistis kredit serta arus investasi lebih baik pada 2024," kata Tiko.