Bisnis.com, JAKARTA - Sederet bank Tanah Air terus memacu penyaluran kredit di tengah suku bunga yang masih tertahan di level 6%
PT Bank Rakyat (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya yang membidik kredit di kisaran 11%-12% pada 2024. Perseroan pun bakal terus memacu di segmen UMKM dan mikro.
Adapun, seiring dengan kredit yang terus melaju, perseroan menyiapkan sejumlah antisipasi yang dibagi dalam beberapa tahap. Di mana pada kuartal I dan II 2024, BRI bakal melanjutkan ekspansi kredit moderat dan portofolio kredit loan portfolio guideline (LPG) ketat sebagai strategi manajemen risiko.
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut pihaknya bakal melakukan serangkaian antisipasi seperti monitoring NPL secara cepat hingga simulasi stress test secara kontinu sembari menjaga high coverage ratio
"Jadi kita usahakan coverage terhadap NPL (non performing loan) dan loan at risk dijaga di level yang tinggi untuk cadangan bantalannya,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (20/3).
Sementara itu, pada kuartal III dan IV/2024, strategi BRI selanjutnya adalah mencari dana tenor jangka panjang karena suku bunga yang tinggi.
Baca Juga
Menurutnya, memasuki semester ini, BRI bakal menjaga ekspansi kredit dan portofolio kredit secara moderat.
"BRI memonitor kredit bermasalah atau NPL pada sektor tertentu, simulasi stress test secara kontinu, menjaga high coverage ratio dan fokus mencari dana murah atau CASA khususnya tabungan," ujarnya.
Dirinya juga memproyeksi penurunan suku bunga acuan berbagai bank sentral akan berakhir pada akhir semester I/2024.
“Suku bunga yang menurun berpotensi akan mengurangi volatilitas pasar keuangan global menurun, sehingga berdampak positif pada kondisi pasar finansial," ucapnya.
Dia juga mencermati permintaan kredit produktif juga cenderung melambat pada saat pemilu karena pelaku usaha dan investor yang wait and see.
“Faktor demand dan likuiditas relatif lebih mempengaruhi pertumbuhan kredit produktif dan konsumsi,” terang Sunarso.
Selanjutnya, dari pemain swasta, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) optimistis pertumbuhan kredit 11% dapat tercapai dengan kondisi likuiditas yang memadai
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebut dalam keadaan normal, memang kuartal I/2024 permintaan akan kredit cenderung melemah. Akan tetapi, dia mengatakan tren penyaluran kredit pada Februari 2024 terbilang cukup positif.
“Kita bersyukur ini baru Februari terlihat tren yang cukup bagus. Koreksinya tidak setajam season sebelumnya,” ujarnya
Bahkan, dia berharap penyaluran kredit pada Maret 2024 jauh lebih positif. Hal ini mengingat masuk ke dalam periode puasa dan persiapan jelang lebaran.
“Biasanya ekonomi bergairah sekali terutama masuk masa lebaran. Karena dari segi THR kan dibagi ke masyarakat, sehingga masyarakat mampu spending jasa dan barang. Lalu, dengan adanya permintaan, maka supplier akan memerlukan kredit,” ucapnya
Lebih lanjut, Jahja menilai Pilpres yang hanya satu putaran iniberdampak baik pada perekonomian Indonesia, karena baik investor asing maupun lokal akan mendapat kepastian kala melakukan investasi di Tanah Air .
Pasalnya, dia menyebut ketidakpastian ekonomi ketika Pemilu memang membuat nasabah atau investor menahan diri untuk menyimpan uangnya atau mengambil kredit di perbankan untuk berinvestasi.
Sementara itu, PT Bank HSBC Indonesia (HSBC) yang fokus pada korporasi menargetkan kredit tumbuh 8-9% pada tahun ini.
Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya menyebut segmen wholesale banking bakal melaju pada semester II/2024.
“Di kuartal I/2024 [kredit korporasi] agak melambat. Tapi, kita sudah mulai settle down, mengingat Pilpres sudah usai, jadi ekonominya bisa berjalan,” ujarnya dalam agenda HSBC Investment Forum, Selasa (19/3/2024)
Dirinya menyebut hal yang membuat kredit korporasi mengalami perlambatan, lantaran ketidakpastian ekonomi global dan adanya proses pemilihan umum.
Padahal, faktor pendorong moncernya kredit korporasi HSBC lantaran masuknya penanaman modal asing alias foreign direct investment (FDI) dan aktivitas ekspor impor.
Di tengah perjalanan penyaluran kredit itu, HSBC Indonesia menyiapkan sejumlah siasat dalam menggenjot pembiayaan. Mulai dari melakukan pendekatan ekosistem baterai kendaraan listrik, kesehatan, ekonomi digital hingga ESG.
Riko menuturkan di tengah prediksi analis mengenai sinyal penurunan suku bunga, tentu ini akan menjadi angin segar bahkan menjadi katalis positif bagi kredit korporasi perseroan.
Selain itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menargetkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi berada di level 13% hingga 15% pada tahun ini.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar menyebut ada sejumlah strategi untuk perseroan mengejar pertumbuhan kredit tersebut.
"Di Bank Mandiri core kami di wholesale banking, namun kami terus mengejar pertumbuhan di ritel banking termasuk kredit pemilikan rumah [KPR]," ujarnya
Mengutip Bloomberg, Bank Mandiri akan meningkatkan pinjaman pada sektor telekomunikasi, energi terbarukan, FMCG dan infrastruktur.
Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa pemilihan umum tidak akan mengganggu proyek-proyek yang sedang berlangsung dan pengeluaran rumah tangga yang diperlukan.
Sehingga, perseroan terus melakukan perbaikan dari sisi proses bisnis dengan menjaga kecepatan delivery pemberian kredit.
Lebih lanjut, kata Alexandra, apabila terjadi pemangkasan suku bunga, tentu mampu memberikan optimisme bagi para pelaku usaha yang pada akhirnya memberikan prospek positif bagi perbankan.
Kemudian, mengingat restrukturisasi kredit Covid-19 segera berakhir, pihaknya juga telah melakukan stress test dan sensitive analyst dari berbagai aspek.
“Di Bank Mandiri, LAR sudah lebih rendah dibanding Covid-19, ini menjadi indikator utama bahwa kita sudah siap ke kondisi sebelum Covid-19, di mana relaksasi akan dikurangi oleh OJK,” tutupnya.
Adapun, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menyebut kredit perbankan hingga semester I/2024 masih mampu meraih pertumbuhan dobel digit.
“Sehabis pemilu yang aman ini, bagi bank papan atas,” ujarnya pada Bisnis, Kamis (21/3/2024)
Secara umum, bank juga mulai melirik pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pascapandemi, sektor ini menghasilkan potensi yang sangat prospektif.
Bahkan, katanya, kedua sektor itu pun dapat meraih devisa cukup besar dari turis asing. Oleh karena itu, desa wisata menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Lebih lanjut, dia menyebut bank tetap wajib menyediakan cadangan ketika OJK melepas restrukturisasi kredit perbankan dan multifinance.
Tetapi menurutnya, OJK hendaknya memperpanjang restrukturisasi kredit itu, utamanya bagi UMKM dan sektor industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
"Bank mau tak mau harus lebih selektif dalam mengucurkan kredit di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu," ucapnya.
Di sisi lain, Direktur Segara Research Institut Piter Abdullah mengatakan penyaluran kredit perbankan diperkirakan masih akan tumbuh lambat
Kata Piter, perbankan masih akan berhati-hati menyalurkan kredit ditengah kondisi ekonomi yg masih penuh ketidakpastian dan suku bunga tinggi. Apalagi pelonggaran restrukturisasi kredit akan berakhir.
"Disisi lain bank juga memiliki alternatif penempatan dana di SBN dan SRBI. Jadi bank cukup nyaman walaupun pertumbuhan kredit terbatas karena tdk terlalu berpengaruh terhadap laba mereka," tutupnya