Bisnis.com, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang dalam tren pelemahan dinilai membawa dampak terhadap portofolio kredit valuta asing (valas) perbankan. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pun menyiapkan strategi menjaga portofolio kredit valasnya tahun ini.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan penyaluran kredit dalam valas di BCA sepanjang 2023 tercatat sudah mencapai ekuivalen Rp47,6 triliun. BCA sendiri memproyeksikan penyaluran kredit valas dapat terus tumbuh pada tahun ini. Penyaluran kredit valas ditopang oleh likuiditas yang juga memadai.
"BCA juga senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko," ujar Hera kepada Bisnis pada Rabu (17/4/2024).
BCA pun berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang.
Meski begitu, saat ini nilai tukar rupiah sedang dalam tren ambrol. Mengutip data Bloomberg pada hari ini, Rabu (17/4/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,28% ke Rp16.220 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,02% ke 106,27.
Rupiah memang telah mencatatkan tren pelemahan sejak awal tahun ini. Tercatat, pada perdagangan awal tahun, per 2 Januari 2024 rupiah masih di level Rp15.390.
Baca Juga
Pelemahan rupiah itu dinilai memberikan dampak terhadap portofolio kredit valas perbankan. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan lesunya rupiah mampu menyengat bank-bank yang punya kepentingan atau portofolio bisnis luar negeri yang banyak.
"Bank-bank yang terkait aktivitas treasury, trade financing, aktivitas international banking, portofolionya di valas besar, ini rawan terdampak," tuturnya.
Menurutnya, rata-rata bank yang mempunyai portofolio bisnis luar negeri besar adalah bank-bank jumbo.