Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Margin Bunga Susut pada Awal 2024, Bagaimana Nasib Cuan Bank?

Berdasarkan data OJK, NIM perbankan pada Februari 2024 mencapai level 4,49%, susut dibandingkan bulan sebelumnya atau Januari 2024 di level 4,54%.
Ilustrasi perbankan dan sistem keuangan
Ilustrasi perbankan dan sistem keuangan

Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan mencatatkan penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pada awal 2024. Kondisi tersebut dinilai menjadi indikasi lesunya raupan laba bank tahun ini.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM perbankan pada Februari 2024 mencapai level 4,49%, susut dibandingkan bulan sebelumnya atau Januari 2024 di level 4,54%. 

Adapun, NIM perbankan turun 18 basis poin (bps) secara tahunan (year on year/yoy) atau dibandingkan NIM pada Februari 2023 di level 4,72%.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memgatakan penurunan NIM perbankan pada awal tahun disebabkan oleh peningkatan biaya dana (cost of fund) perbankan dalam mendapatkan sumber dana agar likuiditas bank dapat tetap terjaga baik. 

"Proyeksi tahun ini, NIM sepertinya akan terlihat tren menurun," katanya kepada Bisnis pada Selasa (23/4/2024).

Apalagi, tekanan biaya dana lebih tinggi sebab ekspektasi penurunan suku bunga acuan pada tahun ini berada dalam kondisi yang tidak pasti. Sebagai informasi, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) dan kelompok global yang luas awalnya berpendapat bahwa tahun ini akan menjadi tahun penurunan suku bunga. Namun, ekspektasi tersebut kini telah memudar dengan cepat dan berdampak bagi negara lainnya.  

Ketua The Fed Jerome Powell telah mengisyaratkan bahwa para pengambil kebijakan akan menunggu lebih lama dari perkiraan sebelumnya untuk menurunkan suku bunga, menyusul serangkaian angka inflasi AS yang masih sangat tinggi. 

Trioksa mengatakan sejalan dengan kondisi NIM, laba perbankan yang mengandalkan pendapatan bunga pada tahun ini pun diproyeksikan lesu. Menurutnya, pada keseluruhan 2024, laba bank memang masih berpeluang tumbuh. "Hanya pertumbuhannya sepertinya susah menyamai 2023," tutur Trioksa.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja juga memproyeksikan suku bunga acuan pada tahun ini berada dalam ketidakpastian. Ia memperkirakan, penurunan suku bunga The Fed baru terjadi pada Desember 2024 atau bahkan lebih ekstrem pada tahun depan.

Menurutnya, apabila The Fed enggan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, hal itu akan membuat lebih sulit bagi bank sentral negara-negara lain untuk menurunkan suku bunga acuan mereka, termasuk di Indonesia. Kondisi tersebut akan memengaruhi strategi perbankan, termasuk dalam menjaga NIM. "Kita ikuti saja keadaan," ujarnya dalam paparan kinerja pada Senin (23/4/2024).

Meski begitu, BCA masih mencatatkan pertumbuhan NIM pada awal tahun ini dari 5,59% per akhir Maret 2023 menjadi 5,62% per akhir Maret 2024.

Sebelumnya, Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyebut pada tahun ini ada sedikit ruang perseroan untuk menurunkan biaya dana di deposito. Kondisi tersebut mampu untuk mendongkrak NIM. 

Namun, ruang penyusutan biaya dana itu terjadi apabila terdapat penurunan suku bunga acuan. “Kita asumsikan tahun ini lebih kurang turunnya bunga 50-75 bps di semester kedua. Sehingga, dengan pertumbuhan tahun ini, kita prediksi margin akan stabil,” ujar Vera dalam agenda Pertumbuhan Berkelanjutan Ala BCA dalam kanal Youtube Mirae Asset Sekuritas, Februari lalu (26/2/2024).

Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Sigit Prastowo sempat mengatakan bahwa Bank Mandiri optimistis mampu menjaga pertumbuhan NIM tahun ini di tengah tekanan suku bunga acuan. Bank menjalankan berbagai upaya seperti menjaga biaya dana tetap rendah.

"Biaya dana juga kami upayakan rendah dengan optimalisasi dana murah [current account saving account/CASA]," tutur Sigit. Adapun, upaya optimalisasi CASA dilakukan dengan pengembangan bisnis transaksional dan plafrom digital. Selain itu, BMRI berupaya memaksimalkan strategi akuisisi nasabah prinsipal.

Mengacu laporan rencana bisnis bank (RBB), OJK memproyeksikan NIM perbankan pada 2024 terjaga di level 4% hingga 5%. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut dengan kondisi makro yang terjaga baik pada 2024, maka pertumbuhan laba bersih perbankan pun mampu tumbuh di level 9%-10% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper