Bisnis.com, JAKARTA -- Chief Economist of BCA Group David Sumual mengatakan perbankan Tanah Air masih resilien di tengah ketidakpastian global, bahkan dinilai lebih baik dari bank Amerika Serikat.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan berada pada level 26% per Maret 2024, dari 27,72% pada Februari 2024.
“Kondisi permodalan paling penting. Kenapa kita collapse waktu 1998? Karena, kondisi permodalan rendah, karena CAR hanya 8% dan banyak bank yang on the margin, apalagi waktu itu rupiah melemah, banyak perusahaan bangkrut, muncul kredit bermasalah dan modal kena,” ujarnya dalam Webinar Next Government Policy & Global Tension, Rabu (15/5/2024).
Adapun, untuk saat ini dia menilai justru bank Indonesia memiliki kondisi yang lebih baik dibanding bank Amerika Serikat, selain tercermin dari CAR, loan at risk (LAR), hingga rasio kredit bermasalah (nonperforming loan) juga dinilai terus mengalami perbaikan
Tercatat, kredit per Maret 2024 tumbuh dobel digit, sebesar 12,4% secara tahunan menjadi Rp7.245 triliun secara tahunan. Angka ini naik secara bulanan, dari Februari 2024 yang mencapai 11,28%.
Seiring dengan kenaikan kredit, rasio kredit bermasalah alias NPL gross berada pada level 2,25% per Maret 2024, turun dibandingkan dengan Februari 2024 2,35%. Kemudian NPL net 0,77% per Maret 2024 dari bulan sebelumnya 0,82%.
Baca Juga
LAR per Maret 2024 secara industri juga mencapai 11,1%. Angka ini turun dari bulan sebelumnya 11,56%, bahkan angka ini susut bila dibanding Maret 2023 yang sempat berada pada level 13,94%
“Iya dari sisi LAR turun terus, LAR pandemi itu di atas 25%, LAR itu adalah kredit yang sebentar lagi bisa macet, dan sekarang sudah normal balik lagi ke prapandemi. Dari postur terlihat lebih kuat dibanding bank di AS,” imbuhnya.
Oleh karena itu, David pun optimistis akan peluang bisnis perbankan tahun ini, di mana kredit masih bisa tumbuh 10%-12%, kemudian kemampuan bank dalam menghimpunan dana mampu tumbuh 5%.