Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet Penyebab Bankir Pasang Target Kredit Konservatif Tahun Ini

Sejumlah bankir memasang target pertumbuhan kredit konservatif pada tahun ini, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Ilustrasi kredit perbankan./ Dok. Freepik.
Ilustrasi kredit perbankan./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA -- Kredit perbankan diprediksi tumbuh 11%-12% tahun ini. Sejumlah bankir memilih memasang target pertumbuhan kredit konservatif, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit perbankan pada Maret 2024 tumbuh 12,4% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya atau Februari 2024, 11,28%. 

Pertumbuhan kredit bank pada Maret 2024 juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau Maret 2023 pada level 9,93%.

“[Faktor yang mempengaruhi target kredit] yakni adanya tambahan likuiditas dari kebijakan makroprudensial [KLM] yang saat ini mencakupi sektor baru, seperti hilirisasi, konstruksi, real estate hingga ekonomi kreatif,” ujar Chief Economist of BCA Group David Sumual pada Bisnis, Kamis (16/5/2024).

Kemudian, dia menuturkan pertumbuhan kredit ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, di mana The Fed diperkirakan masih menahan suku bunga hingga akhir tahun. 

Kemudian, terkait antisipasi perbankan di era suku bunga tinggi, dia menuturkan ke depan bank hanya akan mengikuti arah permintaan kredit. “Nantinya bank hanya akan follow trade, tergantung demand kredit,” ujar David. 

Lebih lanjut, dia menilai sejauh ini perbankan Indonesia memang kerap memasang target yang konservatif. 

“Mungkin banyak pimpinan bank di Indonesia yang masih teringat krisis 1998. Jadi, mereka konservatif dalam hal penyaluran kredit. [Sebenarnya] ada bank yang juga jor-joran menyalurkan kredit, tapi kondisi keuangannya tidak bagus juga,” katanya. 

Dia menuturkan permodalan bank menjadi aspek yang penting dalam ketahanan perbankan. Pada saat itu, bangkrutnya belasan bank di Indonesia terjadi, lantaran lemahnya modal yang ada.

“Kenapa collapse? Karena, kondisi permodalan rendah, karena capital adequacy ratio [CAR] hanya 8% dan banyak bank yang on the margin, apalagi waktu itu rupiah melemah, banyak perusahaan bangkrut, muncul kredit bermasalah dan modal kena,” ujarnya dalam Webinar Next Government Policy & Global Tension, Rabu (15/5/2024).

Sementara, saat ini dia menilai level CAR perbankan Indonesia sangat tinggi, berada di level 26% per Maret 2024, bahkan dinilai menjadi yang tertinggi di dunia. 

“Bank sangat concern kalau ekonomi bermasalah, karena ujung-ujungnya [menimbulkan] kredit macet, modal bank tergerus, kalau modal tergerus enggak ada yang suntik modal. Artinya bisa bangkrut,” ucapnya. 

Kondisi Perbankan 

Sejumlah perbankan memang tercatat memasang target konservatif, bahkan beberapa di antaranya merevisi target yang ada. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memproyeksikan pertumbuhan kredit masih mencapai dobel digit.

Sederet Penyebab Bankir Pasang Target Kredit Konservatif Tahun Ini

Nasabah bertransaksi di ATM BCA/Istimewa

“Proyeksi kredit harusnya tetap bagus. Untuk full year [target kredit] masih konservatif 10% karena situasi dunia masih tidak menentu,” ujarnya pada Bisnis beberapa waktu lalu (24/4/2024).

Dirinya juga menyebut apabila terjadi kenaikan permintaan kredit, kondisi likuiditas maupun permodalan masih mencukupi.

Tercatat, secara konsolidasi BCA membukukan kenaikan total kredit sebesar 17,1% secara tahunan menjadi Rp835,7 triliun per Maret 2024. Pertumbuhan total kredit tersebut berada di atas rata-rata industri. 

Adapun, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BCA saat ini berada di kisaran 70%-71% meski permintaan kredit kencang. 

Sementara, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Bank memproyeksikan kinerj pertumbuhan kredit pada 2024 pada level 9%-10%. 

"Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa tumbuh sehat 5,06%," tutur Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina 

Senada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) pun memilih menurunkan target pertumbuhan kredit ke level 10%-11% pada 2024 seiring dengan naiknya suku bunga acuan BI ke level 6,25% 

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan keputusan ini dilakukan untuk mengantisipasi biaya bunga yang mahal dan persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang ketat.  

Sebelumnya, Nixon menyebut pihaknya sempat membidik target penyaluran kredit 11%-12%.  Akan tetapi, dengan kenaikan suku bunga ini memaksa agar bank tidak terlalu banyak menyalurkan kredit. Di sisi lain, ini juga merupakan langkah antisipasi kondisi geopolitik makro yang belum stabil.

“Kuartal I/2024 kan [pertumbuhan kredit] 14,85%, nanti kita turunkan penyaluran kredit ke level 10% antisipasi dana mahal karena suku bunga sekarang lebih challenging. Ibaratnya, dengan harga bahan baku mahal, maka jualannya tidak usah digeber,” ujarnya dalam sesi Paparan Kinerja Kuartal I/2024, Kamis (25/4/2024)  

Nixon berharap dengan menekan kredit ini menjadi langkah rasional agar BTN tidak perlu mencari banyak dana yang bakal bertambah mahal. “Saat ini likuiditasnya tengah mahal,” ucapnya. 

Adapun, kondisi likuiditas perseroan tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di kisaran 96,2%. Sementara itu, pada kuartal I/2024, BTN membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp299,7 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper