Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan data, ada setidaknya 1.600 ATM fisik Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyusut pada kuartal I/2023 hingga kuartal I/2024.
Tren secara industri telah tergambarkan dari data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak kuartal III/2023 dimana, jumlah ATM, CDM, dan CRM di Indonesia menyentuh 92.829 unit.
BRI menjadi bank yang cukup banyak mengalami penurunan jumlah mesin fisik ATM selama periode tersebut.
BRI diketahui membukukan penyusutan jaringan ATM yang sangat signifikan hingga 1.600 unit, dari 13.852 unit pada kuartal I/2023 menjadi 12.252 unit pada kuartal I/2024.
Meski demikian, aktivitas melalui EDC dan CRM BRI meningkat seiring peningkatan perbaikan bisnis proses, di mana EDC BRI menjadi 687.789 unit dari 249.209 unit dan CRM sebanyak 9.007 dari 8.007.
Selain BRI, Bank Mandiri juga mengalami penurunan jumlah ATM yang tersebar di Indonesia.
Baca Juga
Bank Mandiri mencatatkan penurunan jumlah ATM sebanyak 131 unit secara tahunan, menjadi 12.910 unit pada kuartal I/2024 dibanding periode yang sama tahun lalu yakni 13.041 unit.
Sementara itu, per Maret 2024 EDC Bank Mandiri menjadi 251 yoy dari 261 unit.
Sama halnya dengan BTN, Bank Tabungan Negara ini juga mencatatkan penurunan jumlah transaksi ATM 3,6% yoy pada kuartal I/2024 menjadi 279 juta kali transaksi.
Akan tetapi, volume transaksi ATM mencapai Rp142 triliun per Maret 2024, turun 7,9% yoy. Menariknya, ATM di BNI mencapai 13.405 unit, naik 13 unit dari 13.392 unit.
Tak hanya para KBMI IV, salah satu pemain dari kelompok KBMI III yakni PT Bank CIMB Niaga juga mencatatkan penurunan ATM yang termasuk CRM dan MDM per kuartal I/2024 mencapai 3.844 unit, turun 222 unit dari 4.066 unit.
Menurut Ekonom Poltak Hotradero, salah satu hal yang menyebabkan penurunan jumlah mesin ATM fisik ini adalah pembayaran yang mulai beralih ke digital.