Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA (BBCA) Jelaskan Alasan Kerek Bunga Deposito pada Juni 2024

BCA telah melakukan penyesuaian bunga deposito per 14 Juni 2024. Pada tenor 1 bulan dan 3 bulan terpantau terjadi kenaikan.
Karyawan melayani nasabah mengenai kartu kredit BCA di Jakarta, Sabtu (16/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah mengenai kartu kredit BCA di Jakarta, Sabtu (16/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) terpantau melakukan penyesuaian suku bunga deposito  dengan kenaikan hingga 50 basis poin (bps) pada Juni 2024. Lalu, apa penyebabnya?

Sebagai informasi, BCA telah melakukan penyesuaian bunga deposito per 14 Juni 2024. Pada tenor 1 bulan dan 3 bulan terpantau terjadi kenaikan. 

Semula, bunga deposito rupiah BCA untuk tenor 1 bulan dengan nominal di bawah Rp2 miliar ditetapkan sebesar 2,5% menjadi 3%. Artinya, naik 50 basis poin (bps).  

Sementara itu, masih dalam simpanan dengan nominal di bawah Rp2 miliar untuk tenor 3 bulan, suku bunga yang semula ditetapkan sebesar 2,85%, kini berubah menjadi 3,25% alias naik 40 bps.

Lalu, untuk tenor 1 bulan dengan nominal simpanan di atas Rp2 miliar menjadi 3,25%, naik 35 bps dari sebelumnya 2,9%. Begitu juga dengan keseluruhan tenor 3 bulan untuk simpanan di atas Rp2 miliar yang mengalami kenaikan 10 bps menjadi 3,25% dari sebelumnya 3,15%. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan kenaikan suku bunga deposito mengikuti kenaikan bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate sebesar 25 basis poin per April 2024 menjadi 6,25%. 

Jahja menyampaikan walaupun suku bunga deposito naik, hal ini tidak langsung diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit. “Kredit bunga belum naik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/6/2024).

Senada, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn juga mengatakan perseroan memberikan tingkat suku bunga deposito dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas, situasi pasar, suku bunga Bank Indonesia, hingga kondisi perekonomian. 

Menurutnya, langkah ini sejalan dengan tren pergerakan suku bunga Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Adapun, secara keseluruhan, saat ini suku bunga deposito rupiah BCA bervariasi di kisaran 2,00%-3,25%, sesuai dengan tenor yang diambil. 

“Sebagai informasi berkat pendanaan BCA didukung dana giro dan tabungan [CASA], BCA relatif mampu menjaga cost of funds secara keseluruhan,” jelasnya kepada Bisnis.

Sementara itu, sehubungan dengan pergerakan suku bunga kredit ke depan, kata Hera, BCA akan melihat dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum melakukan penyesuaian suku bunga, antara lain kondisi ekonomi dan bisnis, likuiditas, dan situasi pasar yang ada.

“Kami senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko,” ungkapnya.

Ke depan, perseroan pun optimistis untuk mempertahankan posisi neraca yang solid serta menjaga profitabilitas secara keseluruhan. 

“BCA akan selalu menjaga tingkat likuiditas dan permodalan yang kuat untuk menghadapi berbagai skenario,” ujarnya. 

Adapun, per Maret 2024 likuiditas BCA yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level 71,23%. Kemampuan likuiditas bank didukung oleh raupan dana pihak ketiga (DPK) bank only yang mencapai Rp1.099,94 triliun. 

Raupan DPK bank didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar Rp896,8 triliun atau mencapai 81,53% dari total DPK. 

Direktur Segara Research Institut Piter Abdullah mengatakan kondisi naik turunnya suku bunga deposito perlu diteliti secara mendalam, tidak bisa hanya sekadar angka suku bunga yang terlihat secara publik.

Meskipun memang secara umum, bank yang menaikkan suku bunga adalah bank yang mengalami likuiditas yang tidak begitu banyak.

“Suku bunga [deposito] bukan satu-satunya ukuran [untuk mengevaluasi kondisi suatu bank]. Ukuran lain yang perlu dipertimbangkan adalah berapa banyak cash, giro di bank sentral [BI] kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN), dan Loan to Deposit Ratio [LDR],” ujarnya kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper