Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong kinerja bisnis penyaluran pembiayaan ultra mikro (UMi) meski di tengah kondisi ekonomi global tidak stabil dan daya beli masyarakat melemah.
Dalam konferensi pers setelah acara peluncuran Gedung Nawasena Mandiri Corporate University pada Selasa (30/7/2024), Erick mengingatkan peran penting UMKM dalam stabilisasi ekonomi saat krisis ekonomi 1998. "Ketika daya beli masyarakat sedang turun atau UMKM sedang melemah, kami sebagai pemerintah atau BUMN tidak boleh meninggalkan mereka," ujarnya.
Erick menekankan bahwa BUMN memiliki key performance indicators yang mencakup kontribusi pada kebijakan fiskal melalui pajak dan dividen, serta peran sebagai agen perubahan yang mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan. "Kita harus melindungi kelas menengah, mendorong usaha kecil menjadi besar, dan yang besar menjadi pemain global," tambahnya.
Penyaluran pembiayaan UMKM oleh BUMN dilakukan secara konsisten. Tercatat, 92% dari total penyaluran UMKM berasal dari BUMN, lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta dan bank asing yang lebih memprioritaskan kredit segmen korporasi.
Dua mesin pembiayaan ultra mikro BUMN mencatatkan pertumbuhan 10,55% dalam penyaluran pembiayaan, mencapai Rp122,02 triliun pada semester I/2024 dari Rp110,37 triliun pada Juni 2023. PNM mencatat pinjaman yang diberikan sebesar Rp45 triliun, meningkat 5,12% dari Rp42,8 triliun pada Juni 2023, dengan rincian pinjaman sebesar Rp43,873 triliun dan pembiayaan modal Rp1,127 triliun.
Pegadaian mencatat pinjaman yang diberikan sebesar Rp77,02 triliun pada paruh pertama 2024, naik 13,99% dari Rp67,57 triliun pada Juni 2023. PNM juga membukukan pendapatan bunga dan syariah sebesar Rp7,51 triliun, tumbuh 11,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan laba bersih meningkat dari Rp750,33 miliar menjadi Rp823,56 miliar.
Baca Juga
Pegadaian mencatat pendapatan usaha sebesar Rp16,07 triliun pada Juni 2024, naik dari Rp11,83 triliun pada Juni 2023, dengan laba bersih meningkat dari Rp2,1 triliun menjadi Rp2,9 triliun pada semester I/2024.