Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADPI Ungkap Penyebab Lonjakan Investasi Dana Pensiun pada SRBI

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dana pensiun mencatat lonjakan aset bersih sebesar 221% month-to-month (mtm) yang ditempatkan pada SRBI.
OJK meluncurkan peta jalan dana pensiun hari ini, Senin (8/7/2024)./Bisnis-Anggara
OJK meluncurkan peta jalan dana pensiun hari ini, Senin (8/7/2024)./Bisnis-Anggara

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menyoroti peningkatan signifikan investasi dana pensiun pada instrumen pro-market yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), pada Juni 2024.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana pensiun mencatat lonjakan aset bersih sebesar 221% month-to-month (mtm) yang ditempatkan pada SRBI, meningkat dari Rp1,9 triliun pada Mei 2024 menjadi Rp6,1 triliun pada Juni 2024. Lonjakan ini terutama didorong oleh peningkatan investasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dari Rp1,59 triliun menjadi Rp4,94 triliun, atau naik 210% secara mtm.

Staf Ahli ADPI, Bambang Sri Muljadi, menjelaskan bahwa instrumen SRBI dianggap lebih fleksibel dan aman, sehingga menarik minat perusahaan dana pensiun untuk menempatkan investasinya di sana. "Imbal hasilnya juga lebih baik dibandingkan dengan deposito dan instrumen pasar uang lainnya," ujar Bambang saat dihubungi oleh Bisnis pada Rabu (21/8/2024).

Bambang juga mencatat bahwa peningkatan investasi pada SRBI berdampak pada penurunan alokasi investasi dana pensiun pada deposito dan Surat Berharga Negara (SBN).

Ketua Umum Asosiasi DPLK, Tondy Suradiredja, menambahkan bahwa lonjakan investasi pada SRBI oleh DPLK terutama didorong oleh perusahaan BUMN. "SRBI banyak diborong oleh DPLK pelat merah seperti BNI dan BRI. Meskipun saya tidak memiliki data pastinya, nilainya cukup besar," ungkap Tondy saat dikonfirmasi oleh Bisnis pada Rabu (21/8/2024).

Tondy juga menjelaskan bahwa SRBI dipilih karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito jangka pendek-menengah, yang biasanya memiliki tenor sekitar enam bulan. Selain itu, SRBI digunakan sebagai bagian dari strategi dana pensiun untuk mengelola dana-dana dengan jangka waktu kurang dari lima tahun sebelum memasuki masa pensiun. Namun, Tondy menegaskan bahwa instrumen SBN masih akan tetap diminati untuk investasi jangka panjang dana pensiun.

"SRBI kan underlying-nya adalah SBN BI, jadi tetap diminati. SBN juga tetap menjadi pilihan untuk dana-dana medium to long term," tambahnya.

Investasi dana pensiun pada SRBI dimulai oleh DPLK pada Oktober 2023, disusul oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) pada April 2024, dan DPPK Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) pada Juni 2024. Penempatan investasi di SRBI oleh DPPK PPIP naik 149% mtm menjadi Rp770,11 miliar pada Juni 2024, sementara DPPK PPMP yang baru masuk ke SRBI pada Juni 2024 menempatkan sebesar Rp394,28 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper