Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja penyaluran kredit perbankan kepada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau kredit UMKM kian lesu pada awal paruh kedua 2024.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), total penyaluran kredit kepada UMKM pada Juli 2024 mencapai Rp1.375,5 triliun atau tumbuh sebesar 5,1% secara tahunan alias year-on-year (yoy).
Besaran tersebut lebih kecil dibandingkan pencapaian kredit UMKM pada Juni 2024 senilai Rp1.376,6 triliun.
“Penyaluran kredit kepada UMKM pada Juli 2024 tumbuh sebesar 5,1% [yoy], setelah tumbuh sebesar 5,6% [yoy] pada bulan sebelumnya,” demikian bunyi laporan BI, dikutip Jumat (23/8/2024).
Lebih lanjut, pertumbuhan kredit skala usaha kecil tercatat dengan persentase 3,8% yoy pada Juli 2024, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,4% yoy. Total nilai kredit yang disalurkan perbankan kepada skala usaha itu mencapai Rp435,3 triliun.
Pada skala usaha menengah, pertumbuhan kredit menunjukkan pelambatan dengan persentase 3,1% yoy pada Juli 2024, lebih kecil dibandingkan Juni 2024 dengan angka 3,4% yoy. Nilai kredit yang disalurkan pada Juli 2024 menyentuh Rp303,4 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, skala usaha mikro menunjukkan pelambatan pertumbuhan kredit paling signifikan dengan persentase 7% yoy dan total nilai Rp636,8 triliun pada Juli 2024. Jumlah tersebut kian menyusut dibandingkan capaian Juni 2024 sebesar 8,2%.
Penyusutan pertumbuhan kredit ke segmen UMKM ini sejalan dengan kenaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL). Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK, pada Juni 2024 rasio NPL segmen UMKM mencapai 4,04%.
Meskipun membaik ketimbang rasio NPL pada Mei 2024 yang sebesar 4,27%, tetapi angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Juni 2023 yang sebesar 3,68%. Sementara, jika dibandingkan dengan Desember 2023, rasio NPL UMKM pada bulan keenam tahun ini juga naik dari 3,71%.
Adapun, berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit UMKM pada Juli 2024 dipengaruhi oleh kredit investasi sebesar 14,3% yoy dan kredit modal kerja dengan persentase 2,0% yoy.
Sebelumnya, Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan kinerja kredit UMKM dipengaruhi oleh belum 100% pulihnya bisnis UMKM pasca Covid-19. "Bank pun jadi lebih berhati-hati karena kondisi tersebut," katanya kepada Bisnis.
Selain itu, kinerja kredit UMKM pun dipengaruhi oleh NPL UMKM yang kian membengkak. Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan NPL UMKM memang membengkak sepanjang tahun berjalan.
Meski begitu, menurutnya perbankan sudah menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi dampak pembengkakan NPL segmen UMKM. "Kabar baiknya bank-bank yang saat ini banyak menyalurkan kredit ke UMKM kondisinya mereka punya CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] kuat untuk cover risiko kredit UMKM," tutur Juda.