Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Beberkan Masa Depan SRBI, Lanjut atau Hanya Sementara?

Penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akan dihentikan ketika SBN dinilai sudah cukup memadai dalam konteks stabilitas nilai tukar rupiah.
Karyawan berada di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. / Bisnis-Arief Hermawan P
Karyawan berada di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. / Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (Bank Indonesia) mengungkapkan pihaknya akan terus menerbitkan SRBI atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sampai waktu yang belum ditentukan sebagai upaya pendalaman pasar uang dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bank sentral akan terus mengeluarkan instrumen tersebut, di samping Surat Berhaga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah. 

"Kecuali pada waktunya nanti, saya tidak tahu kapan, SBN sudah cukup memadai, sehingga BI tidak perlu lagi mengeluarkan SRBI. Until that time, SRBI tetap akan digunakan," ungkapnya dalam Taklimat Media, Selasa (24/9/2024).  

Meski demikian, Erwin menyampaikan harapannya Indonesia dapat mengikuti negara-negara maju yang hanya menggunakan surat utang negara saja.

Dalam hal ini, Indonesia mengeluarkan SRBI pada tahun lalu karena adanya beberapa isu supply. Kemudian diikuti dengan penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Secara umum, instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI yang menjadi jurus operasi moneter pro-market ini untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Hingga 17 September 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp918,42 triliun, US$2,95 miliar, dan US$280 juta.

Tercatat kepemilikan nonresiden dalam SRBI mencapai Rp246,08 triliun atau 26,79% dari total outstanding. Sepanjang penerbitannya, BI mengakui bahwa SRBI telah mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan penguatan rupiah yang kini semakin mendekati Rp15.000 per dolar AS.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Donny Hutabarat, menyampaikan keberadaan SRBI akan menjadi longlasting atau bertahan lama. Mengingat likuiditas yang terbentuk serta efektivitas yang dicapainya dalam stabilisasi rupiah.

"SRBI akan longlasting, tapi nanti variasi strateginya yang akan disesuaikan dengan konteks tantangan yang dihadapi," ujarnya. 

Berkat efektivitasnya tersebut pun, Bank Dunia pada Juni 2024 bahkan menyoroti kinerja SRBI yang dinilai telah menyaingi instrumen SBN yang diterbitkan oleh pemerintah.

Kala itu, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per tanggal 14 Juni 2024 tercatat masing-masing pada level 7,16%, 7,28%, dan 7,35%. Sementara imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun relatif stabil, per 19 Juni 2024 masing-masing sebesar 6,7% dan 7,13%. 

Kini, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 13 September 2024 tercatat masing-masing pada level 6,99%, 7,09%, dan 7,11%. Sementara imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun menurun, per 17 September 2024 masing-masing sebesar 6,47% dan 6,55%. 

Sebagai informasi, BI pertama kali memperkenalkan SRBI pada Agustus 2023. Di mana tujuan dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper