Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA Ungkap Fenomena Makan Tabungan Nasabah Menengah-Bawah 6 Bulan Terakhir

BCA meyakini bahwa kondisi dapat membaik dalam beberapa waktu ke depan dengan adanya transisi pemerintahan hingga penurunan suku bunga acuan.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) menemukan adanya fenomena 'makan tabungan' oleh nasabah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini selaras dengan catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menunjukkan penurunan rerata saldo tabungan masyarakat Indonesia hingga pertengahan 2024.

Meski demikian, BCA meyakini bahwa kondisi ini dapat membaik dalam beberapa waktu ke depan. Direktur BCA Santoso meyakini bahwa pergantian pemerintahan baru hingga palagan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 dapat mempercepat kebijakan yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian.

Dia juga menyebut penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% sebagai sinyal positif bagi perekonomian Tanah Air ke depan.

“Suku bunga juga sedikit menurun. Tapi kalau kita lihat, mereka sudah melihat ada indikasi banyak investor dari luar datang ke Indonesia. Ini menunjukkan satu optimisme. Kami percaya situasi ini tentunya akan kita sikapi secara optimis ke depan,” ujar Santoso di Jakarta, Senin (24/9/2024).

Terkait dengan fenomena makan tabungan, dia menjelaskan bahwa nasabah menengah ke bawah menjadi segmen yang paling terdampak fenomena ini. Hal ini tecermin dari angka pertumbuhan rerata saldo yang cenderung merosot.

“Kita lihat tantangannya di menengah bawah, itu karena jumlah average balance mereka relatif enggak banyak tumbuh. Bahkan di segmen-segmen tertentu adalah average-nya cenderung lebih rendah 6 bulan terakhir,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyimpulkan banyak nasabah sedang berada dalam survive mode. Hal ini disinyalir merupakan akibat dari lemahnya kondisi perekonomian yang menyebabkan pengurangan lapangan pekerjaan hingga penurunan daya beli.

“Mungkin juga ada yang terkena PHK. Atau mungkin bisnisnya lagi sepi. Jadi, memang itu adalah realita,” sambungnya.

Selain itu, Santoso mengungkapkan adanya pelambatan pertumbuhan tabungan nasabah segmen menengah ke atas. Menurutnya, pelambatan tetap tak terhindarkan meskipun sebagian nasabah pada segmen tersebut memiliki profil sebagai pebisnis. “Bisnis masih bekerja, namun memang pertumbuhannya mulai agak berat,” jelas dia.

Sebelumnya, LPS mencatat bahwa jumlah rekening masyarakat Indonesia dengan saldo di bawah Rp100 juta mencapai 580,01 juta rekening. Jumlah tersebut setara dengan 98,8% dari total 586,95 juta rekening yang tercatat hingga Juli 2024, seiring dengan rerata saldo tabungan yang menurun.

Berdasarkan data LPS periode Juli 2024, jumlah rekening dengan saldo di bawah Rp100 juta ini menjadi tiering dengan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) dibandingkan kelompok nominal lainnya, yakni sebesar 4,9% (ytd). Secara tahunan, jumlah itu bahkan tumbuh dobel digit sebanyak 11,8% (yoy).

Di sisi lain, jumlah rekening dengan saldo jumbo alias di atas Rp5 miliar juga tumbuh signifikan. BPS mencatat, terdapat 142,324 rekening dengan saldo tersebut atau tumbuh 3,6% sepanjang tahun berjalan (ytd). Apabila dilihat secara tahunan, pertumbuhannya mencapai 8,6% (yoy). 

Selain itu, pertumbuhan jumlah rekening pada tiering saldo lainnya juga mengalami peningkatan beragam. Jumlah rekening dengan saldo Rp100 juta–Rp 200 juta tumbuh 1,3% ytd atau 3,8% yoy. Pada tiering saldo Rp200 juta–Rp500 juta, pertumbuhannya tercatat 2% ytd atau 3,6% yoy. 

Lebih lanjut, tiering saldo Rp500 juta–Rp 1 miliar mencatatkan pertumbuhan jumlah rekening 2,3% ytd atau 5,1% yoy. Tiering saldo Rp1 miliar–Rp2 miliar tumbuh 4,4% ytd atau 5% yoy, sedangkan jumlah rekening pada tiering saldo Rp2 miliar–Rp5 miliar tumbuh 2,2% ytd atau 4,9% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper