Bisnis.com, JAKARTA -- Industri asuransi jiwa semakin memperkuat posisinya dalam tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan fokus pada dampak sosial dan lingkungan. Sejumlah perusahaan asuransi jiwa menginisiasi berbagai inovasi, memanfaatkan teknologi digital hingga kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung keberlanjutan lingkungan. Langkah yang juga melahirkan efisiensi operasional.
Gerak bersama ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga membawa keuntungan bisnis, terutama dalam hal efisiensi pemasaran. Menurut survei KG Media Lestari yang melibatkan 5.620 responden pada 2023, sebanyak 68% responden menyatakan tertarik untuk beralih ke merek yang mengimplementasikan Sustainable Development Goals (SDGs). Lebih lanjut, 53% responden bahkan bersedia membayar lebih untuk produk dari merek yang menerapkan SDG dalam praktik bisnisnya.
Tren ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen, dengan mayoritas generasi milenial dan Gen Z (15-44 tahun) di Indonesia, yang mencakup 63% dari populasi, semakin terdorong oleh faktor EcoMindset dalam memilih produk.
Fauzi Arfan, Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko dan GCG Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melihat saat ini pelaku usaha asuransi di Indonesia mulai merespons minat generasi milenial terhadap brand yang mendukung SDG.
"Hal ini ditunjukkan dengan integrasi bisnisnya agar berdampak positif ke masyarakat dan lingkungan. Contohnya adalah investasi hijau melalui penempatan dana pada proyek berkelanjutan seperti energi terbarukan atau pengelolaan lingkungan. Dengan begitu sebagian uang masyarakat yang dikelola oleh industri asuransi jiwa secara tidak langsung berpartisipasi mendukung kegiatan terkait SDG," kata Fauzi kepada Bisnis, dikutip Selasa (3/12/2024).
Fauzi menuturkan industri telah memanfaatan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Upaya meningkatkan efisiensi pemasaran itu berhasil memacu bisnis, pada saat yang sama juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Baca Juga
Dia mencontohkan, penggunaan teknologi akan mengurangi aktivitas manusia yang melibatkan kertas, dan bahan promosi cetak dengan mendorong promosi secara digital atau yang biasa kita sebut kampanye digital.
Contoh lain, penggunaan AI dalam kegiatan pemasaran mampu menganalisis data konsumen termasuk analisa perilaku konsumen sehingga tercipta segmentasi yang lebih tepat.
Perusahaan asuransi jiwa yang telah mengadaptasi teknologi digital dan AI misalnya seperti PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia. Head Marketing Communication & Corporate Branding Department Tokio Marine Life Ferawati Gondokusumo mengatakan proses digitalisasi di perusahaannya dimulai secara bertahap sejak tahun 2020, salah satunya melalui penerapan e-submission (pengajuan asuransi) yang mengurangi kebutuhan penggunaan kertas untuk cetak sales illustration dan formulir asuransi.
Hasilnya, Tokio Marine Life bisa mengurangi kebutuhan kertas hingga rata-rata 10% setiap tahun. Pada 2023, sebanyak 71% dari total pengajuan asuransi dilakukan secara digital melalui e-submission.
"Hingga kuartal III 2024, angkanya meningkat menjadi 83%, mencerminkan efektivitas transformasi digital dalam operasional perusahaan," ungkap Fera saat dihubungi Bisnis.
Perusahaan asuransi jiwa lainnya, PT Great Eastern Life Indonesia juga telah melakukan beragam inovasi adaptasi teknologi digital dan AI. Selain berdampak positif bagi lingkungan, inovasi ini membuat perusahaan sukses mencetak pertumbuhan kinerja keuangan yang solid pada kuartal III/2024.
Roy Hendrata, Direktur Pemasaran Great Eastern Life Indonesia menjelaskan perusahaan berhasil mencatatkan total aset mencapai Rp13,35 triliun, meningkat 17% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara itu, pendapatan premi bruto tercatat sebesar Rp2,63 triliun, dan laba sebelum pajak mencapai Rp73,20 miliar. Selain itu, Rasio Kecukupan Modal atau Risk-Based Capital/RBC perusahaan tercatat sebesar 343,80%, jauh melampaui ketentuan minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%.
Roy mengatakan kinerja keuangan tersebut berkat inovasi digital dan pemanfaatan artificial intelligence (AI) di berbagai lini proses bisnis, antara lain adalah platform digital yang memudahkan nasabah membeli asuransi secara online di GoGreat! Website, lalu ada portal layanan mandiri bagi nasabah untuk mengelola polis di Customer Portal GoGreat! Services.
Selain itu, juga ada Great Eastern Corporate-ID (GEC-ID), sebuah aplikasi mobile khusus untuk peserta asuransi kumpulan, hingga e-Partner & Great Advice, sebuah platform digital yang memfasilitasi tenaga pemasar dalam mengelola data nasabah.
"Great Eastern Life Indonesia juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan efisiensi dalam pemasaran sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan. Salah satu penerapan utama AI adalah dalam pengelolaan dana investasi," kata Roy.
Pemangkasan penggunaan kertas dalam proses bisnis asuransi jiwa juga ditunjukkan oleh PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia Karin Zulkarnaen menjelaskan transaksi pengajuan polis baru (new registration) secara digital Prudential Indonesia sudah mencapai 91%. Selain itu, transaksi digital Prudential Indonesia juga mengalami pertumbuhan sebesar 66% year to date (ytd) per Oktober 2024.
Karin mengatakan berbagai adaptasi teknologi digital dan AI di perusahaan memberikan dampak positif, baik berupa efisiensi proses bisnis maupun mendukung pemasaran asuransi lebih optimal.
"Dalam merumuskan strategi dan mengembangkan produk baru kami selalu mendengarkan insight dan masukan dari kebutuhan nasabah saat ini dan masa depan, sehingga kami dapat menghadirkan perlindungan secara berkelanjutan," kata Karin.
Memperkuat Nasabah Berbasis Kegiatan Lingkungan
Selain melalui pemanfaatan teknologi AI, peran industri asuransi dalam keberlajutan lingkungan juga dituangkan melalui beragam kegiatan SDG. Dia mengatakan kegiatan seperti ini juga berdampak pada penguatan basis nasabah asuransi jiwa.
Fauzi mencontohkan kegiatan yang dilakukan AAJI pada 2024 adalah melalui program AAJI Peduli Bumi. AAJI bersama perusahaan anggota melakukan penanaman Mangrove dan pembagian tanaman lidah mertua kepada masyarakat. Fauzi menghitung, dari kegiatan tersebut diperkirakan mampu menyerap karbon dioksida (CO2) mencapai 39.840 kg dan juga mampu menghasilkan 7.560 kg oksigen (O2).
"Pada hakikatnya kegiatan pelestarian lingkungan ini juga akan memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat dan juga sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan atas aturan yang ditetapkan regulator. Di sisi lain, kegiatan yang positif diharapkan dapat mendongkrak citra industri asuransi jiwa di masyarakat," kata Fauzi.
Sementara itu, program SDG yang dilakukan Great Eastern Life Indonesia antara lain seperti program penanaman mangrove di Pantai Indah Kapuk dan Bekasi, program donasi Lidah Mertua di Bandung, hingga program edukasi dan literasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya asuransi hingga gaya hidup sehat ramah lingkungan.
Roy mengatakan program-program seperti itu tidak hanya mendukung ekosistem lingkungan, tetapi juga meningkatkan rasa kepemilikan bersama terhadap inisiatif keberlanjutan.
"Melalui berbagai produk dan layanan berbasis teknologi serta melibatkan nasabah dalam inisiatif keberlanjutan, Great Eastern Life Indonesia tidak hanya memperkuat loyalitas nasabah tetapi juga menarik generasi muda yang memiliki EcoMindset," kata Roy.