Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Re Ungkap Tantangan dan Peluang Industri Asuransi & Reasuransi pada 2025

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat menguraikan sejumlah poin terkait dinamika yang akan dihadapi industri serta strategi yang perlu diambil.
Peserta memperhatikan company profil BUMN reasuransi terbesar di Tanah Air dalam acara Indonesia Re International Conference 2023./ Bisnis - Abdurachman
Peserta memperhatikan company profil BUMN reasuransi terbesar di Tanah Air dalam acara Indonesia Re International Conference 2023./ Bisnis - Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA —  Perusahaan reasuransi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re memandang tahun 2025 sebagai tahun penuh tantangan sekaligus peluang bagi industri asuransi dan reasuransi di Indonesia. 

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat menguraikan sejumlah poin penting terkait dinamika yang akan dihadapi industri serta strategi yang perlu diambil, termasuk implementasi regulasi baru hingga peluang dari asuransi wajib. Menurut Delil, Indonesia memiliki karakteristik unik di industri reasuransi global. 

“Indonesia punya pemain reasuransi lokal terbanyak di dunia, yaitu delapan. Sebagian besar program reasuransi di Indonesia menggunakan skema proporsional, di mana premi, risiko, dan klaim dibagi secara proporsional antara perusahaan asuransi dan reasuransi lokal,” kata Delil kepada Bisnis, pada Rabu (11/12/2024). 

Namun, Delil menjelaskan bahwa model reasuransi yang digunakan di Indonesia membawa risiko konsentrasi pada neraca perusahaan reasuransi lokal. Sebagian besar risiko yang dialihkan ke reasuransi luar negeri hanya mencakup risiko tingkat atas melalui program non-proporsional.

Kondisi ini membuat kualitas portofolio reasuransi lokal sangat bergantung pada kualitas portofolio asuransi langsung. Oleh karena itu, perusahaan reasuransi lokal harus memastikan bisnis asuransi langsung memiliki tarif yang memadai dan persyaratan yang prudent.

Selain itu, Delil juga menyoroti tekanan yang muncul dari penerapan IFRS 17 mulai 2025. “Pengelolaan risiko di industri asuransi harus lebih granular, lebih detail, dan lebih rigid,” katanya. 

Dampaknya akan terasa pada kebutuhan kapital dan ekuitas perusahaan, menuntut pengelolaan data serta risiko yang lebih matang. Namun, Delil melihat ini sebagai peluang untuk pertumbuhan. 

“Dengan adanya mandat UU P2SK, ada potensi besar dari asuransi wajib seperti third party liability (TPL) dan asuransi rumah tinggal,” imbuhnya.

Delil menyoroti potensi besar pada segmen asuransi kendaraan bermotor, yang saat ini menjadi lini bisnis terbesar kedua di industri. Menurutnya, penerapan asuransi wajib, meskipun hanya mencakup third party liability, dapat secara signifikan meningkatkan penetrasi bisnis asuransi.

Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi ekosistem, seperti yang berhasil dilakukan di negara-negara lain, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk perusahaan asuransi, bengkel, dealer, perbankan, hingga otoritas kepolisian.

Selain itu, Delil menggarisbawahi perlunya pendekatan strategis dalam mengembangkan skema asuransi ini. Menurutnya, industri harus memastikan adanya skema nasional yang kuat dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, sehingga dapat mendorong peningkatan volume bisnis secara otomatis.

Untuk segmen asuransi jiwa, Delil melihat potensi pertumbuhan yang lebih baik dibanding asuransi umum. “Penetrasi dan literasi asuransi jiwa lebih baik. Namun, ada tantangan besar dari klaim asuransi kesehatan pascaCovid-19,” katanya.

Dia menilai perbaikan ekosistem menjadi kunci, melibatkan berbagai pihak seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pemerintah, rumah sakit, hingga farmasi.

Menurutnya industri asuransi jiwa perlu memainkan peran strategis sebagai inisiator solusi, dengan pendekatan kreatif dan komitmen yang kuat.

Delil juga memaparkan strategi Indonesia Re ke depan, menyesuaikan dengan tantangan yang ada. “Kami lebih fokus pada pertumbuhan kualitas bisnis daripada sekadar pertumbuhan premi,” ungkapnya.

Delil menjelaskan bahwa peningkatan kualitas underwriting menjadi prioritas utama bagi Indonesia Re. Langkah-langkah yang diambil mencakup penguatan tata kelola, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, serta digitalisasi proses bisnis untuk memastikan pencatatan dan pembayaran klaim dapat dilakukan secara tepat waktu.

Dia juga menambahkan bahwa penerapan full reporting treaty mulai 2024 akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan pengelolaan data.

Dengan data yang lebih detail, perusahaan dapat mengelola risiko, menentukan cadangan, dan mengambil keputusan retrosesi secara lebih efektif. Meski tantangan besar menanti, Delil tetap optimistis dengan potensi industri asuransi dan reasuransi pada 2025. 

“Industri ini punya peluang besar jika kita mampu memanfaatkan momentum dengan baik. Tantangannya banyak, tetapi opportunity-nya juga luar biasa,” pungkasnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper