Bisnis.com, JAKARTA— PT Asuransi Simas InsurTech menargetkan pertumbuhan double digital pada tahun depan.
CEO Asuransi Simas InsurTech Teguh Aria Djana mengatakan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan sebanyak 24% pada tahun depan.
“Kami menargetkan pertumbuhan sebesar 24% di tahun 2025,” kata Teguh kepada Bisnis, Senin (30/12/2024).
Teguh mengatakan untuk mencapai pertumbuhan tersebut perusahaan memiliki beberapa strategi yang akan diterapkan. Salah satunya dengan mengoptimalkan saluran distribusi penjualan baik melalui broker, bank, affinity, dan direct secara digital. Selain itu melakukan inovasi melalui penawaran produk yang relevan dengan kebutuhan nasabah atau berorientasi pada Customer Centric.
“Startegi ini memang akan paling signifikan terhadap pertumbuhan karena ini akan menjadi solusi untuk tantangan penetrasi pasar,” katanya.
Pertumbuhan yang ditargetkan perusahaan juga seiring dengan optimisme industri asuransi. Menurut Teguh proyeksi pertumbuhan asuransi akan didorong dengan program pemerintah seperti wajibnya produk asuransi Third Party Liability (TPL) untuk kendaraan, asuransi kredit untuk fintech, serta didorongnya literasi keuangan, penetrasi pasar yang didukung digitalisasi, termasuk juga target pertumbuhan ekonomi 2025
Baca Juga
“Kami pun optimistis tahun depan akan ada pertumbuhan juga untuk market asuransi. Karena memang pertumbuhan aset pun akan diproyeksikan meningkat sebesar 8%,” katanya.
Sementara itu tantangan yang mungkin masih terjadi antara lain penetrasi dan kesadaran akan literasi keuangan yang masih rendah di tengah masyarakat. Menurut Teguh ini masih menjadi tantangan untuk pasar asuransi.
“Untuk itu memang perlu ada dorongan dan program khusus untuk hal ini,” katanya.
Dikutip dari laporan keuangan Asuransi Simas InsurTech per November 2024, perusahaan mencatatkan premi bruto sebanyak Rp3,61 triliun. Angka tersebut meningkat 138,16% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan per November 2024 yakni Rp1,51 triliun. Namun disisi lain hasil investasi perusahaan mengalami penurunan 11,64% menjadi Rp36,27 miliar dari sebelumnya Rp41,05 miliar.
Laba setelah pajak pun turun 52,41% menjadi Rp153,17 miliar dari sebelumnya Rp321,89 miliar per November 2023. Tingkat kesehatan finansial dilihat dari Risk Based Capital (RBC) mencapai sebanyak 228%, yang mana masih berada di atas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 120%.