Bisnis.com, BANDUNG – Pembiayaan sektor produktif bagi penyelenggara P2P lending disebut kurang menguntungkan karena risiko yang lebih besar hingga keuntungan dari bunga pinjaman yang lebih kecil dibanding pembiayaan untuk segmen konsumtif.
Sebagai penyelengara P2P lending yang mayoritas pinjamannya untuk sektor produktif, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) tetap berkomitmen menyasar segmen tersebut demi mendukung target pemerintah penyaluran pinjaman P2P lending bisa mencapai 70% pada 2028.
"Terkait pinjaman produktif, proporsi kami kan memang sudah di atas 70% ya, jadi kontribusi kami ya dengan bermain di segmen pinjaman produktif ini," kata Group CEO & Co Founder Akseleran Ivan Nikolas, Rabu (22/1/2025).
Ivan menjelaskan bahwa setiap penyelenggara P2P lending memiliki selera dan keahliannya masing-masing dalam memilih fokus segmen apa yang disasar.
Bagi Akseleran yang fokusnya di segmen produktif, kinerja pembiayaan Akseleran periode Januari-Oktober 2024 lalu tercatat total sebesar Rp2,22 triliun dengan total outstanding pembiayaan mencapai Rp675,38 miliar. Adapun 95% penerima pinjaman Akseleran merupakan sektor produktif dan UMKM.
"Kalau soal produktif konsumtif, masing-masing punya expertise dan appetite-nya ya. Kami sendiri tidak ada rencana mengubah proporsi," tegasnya.
Baca Juga
Ivan menyadari risiko apa yang akan dihadapi Akseleran dengan fokusnya bermain di sektor produktif. Terlebih, penerima pinjaman produktif ini pasti akan terdampak oleh kondisi ekonomi nasional juga. Meski begitu, kredit macet atau TWP90 Akseleran tetap dapat dikontrol jauh di bawah ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
"Dari sisi makro memang ekonomi tahun kemarin tidak sekencang yang di-expect ya, mungkin dari sisi makro ada faktor itu. Kami sendiri NPL-nya stabil sih, TWP90 kami stabil di bawah 1%," pungkasnya.
Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai dengan November 2024 terdapat 21 penyelenggara fintech P2P lending memiliki kredit bermasalah atau TWP90 di atas 5%. Menariknya, kredit bermasalah ini didominasi oleh penyelenggara yang fokus pada segmen produktif, walaupun secara total penyaluran produktif hanya menyumbang sekitar 30% dari total pembiayaan P2P lending dalam periode tersebut.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan secara natural memang pemain P2P lending akan berpindah ke pembiayaan konsumtif. Di sisi lain, menurutnya lender atau pemberi dana di P2P lending juga akan berpikir dua kali ketika mau memberikan dananya kepada badan usaha atau sektor produktif.
"Risiko yang lebih tinggi dan pengembalian yang lebih rendah membuat motivasi mereka berkurang untuk menyalurkan ke sektor produktif. Di lihat dari data, penyaluran kredit ke badan usaha (sektor produktif) memiliki gagal bayar lebih tinggi. Jadi memang tidak menguntungkan untuk meminjamkan uangnya ke sektor produktif saat ini," kata Huda.