Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan Indonesia cenderung mengalami penurunan rasio margin bunga bersih (net interest income/NIM) pada periode 2024.
NIM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan dalam menghasilkan pendapatan dari aset dengan mengukur selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga, lantas dibandingkan dengan aset produktifnya.
Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rasio NIM bank umum Tanah Air pada November 2024 berada pada level 4,59%. Jumlah itu turun dari 4,83% pada November 2023.
Gambaran tersebut sejalan dengan kondisi di sejumlah bank dalam laporan keuangan periode 2024. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) alias BRI, misalnya, mencatatkan penurunan rasio NIM menjadi 6,47% pada 2024, dari sebelumnya 6,84% pada 2023.
Pendapatan bunga bersih BRI tercatat sebesar Rp142,06 triliun atau tumbuh 3,39% YoY, sementara beban bunganya tercatat sebanyak Rp57,20 triliun atau naik 30,58% pada 2024. Laba bersih konsolidasi BRI adalah sebanyak Rp60,64 triliun pada periode yang sama.
Sementara itu, rasio NIM PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga turun dari 5,25% pada 2023 menjadi 4,93% pada 2024.
Baca Juga
Pendapatan bunga dan syariah bersih Bank Mandiri masih tercatat tumbuh 6,12% YoY hingga mencapai Rp101,75 triliun, sedangkan beban bunga naik sebesar 29,24% YoY hingga menjadi Rp26,1 triliun. Laba Bank Mandiri tercatat senilai Rp55,8 triliun pada 2024.
Bank pelat merah lainnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mencatat penurunan NIM bank only dari yang sebesar 4,58% pada 2023 menjadi 4,24% pada 2024.
Pendapatan bunga dan pendapatan premi bersih BNI pun minus 1,70% menjadi Rp42,2 triliun pada tahun lalu, sedangkan beban bunga naik sebesar 29,24% YoY menjadi Rp26,1 triliun pada 2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik BNI tercatat senilai Rp21,4 triliun pada akhir tahun lalu.
Senada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatatkan rasio NIM sebesar 2,86% pada 2024, turun dari posisi 3,75% pada 2023.
Pendapatan bunga bank spesialis perumahan ini tumbuh 4,52% YoY menjadi Rp29,55 triliun, sementara beban bunga juga naik 12,28% YoY menjadi Rp12,85 triliun. Laba bersih BTN tercatat sebesar Rp3 triliun pada 2024.
Wakil Bendahara Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Dio Alexander Samsoeri mencermati bahwa tergerusnya rasio NIM pada 2024 banyak dipengaruhi oleh tingginya biaya dana alias cost of fund (CoF) yang harus dibayarkan bank.
Menurutnya, tak hanya bagi bank-bank bermodal jumbo alias yang termasuk dalam Kelompok Bank dengan Modal Inti (KBMI) 4, kondisi tersebut juga dialami oleh bank yang lebih kecil.
“Kalau saya baca dari semua bank-bank KBMI 3, terutama KBMI 4 pun mengakui memang dari sisi biaya dana itu cukup memberatkan top line,” katanya dalam diskusi media di Griya Perbanas, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2025).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Perbanas Taswin Zakaria mengatakan bahwa komponen surat berharga negara (SBN) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan bunga bank, khususnya jika memperhatikan tingkat suku bunga acuan.
“Itu merupakan komponen besar juga yang mempengaruhi top line mereka,” tuturnya.