Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Kucurkan Rp295 Triliun Insentif Likuiditas hingga Minggu Kedua Februari 2025

Hingga minggu kedua Februari 2025 Bank Indonesia (BI) telah menyalurkan insentif likuiditas (KLM) senilai Rp295 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memberikan update mengenai pemberian insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) kepada perbankan hingga Februari 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hingga minggu kedua bulan ini, bank sentral telah menyalurkan insentif KLM senilai Rp295 triliun.

"Nilai ini meningkat sebesar Rp36 triliun dari Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024," ujarnya dalam Pengumuman Hasil RDG Februari 2025 pada Rabu (19/2/2025).

Perry merinci insentif KLM telah diberikan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp129,2 triliun, bank BUSN (bank umum swasta nasional) sebesar Rp131,9 triliun, BPD sebesar Rp28,7 triliun, dan KCBA (kantor cabang bank asing) sebesar Rp4,9 triliun.

Lebih jauh, kata Perry, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk mendukung kesuksesan program-program dalam Asta Cita melalui peningkatan KLM untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas, termasuk sektor perumahan dan pertanian.

Adapun, mulai 1 Januari 2025, insentif KLM diarahkan untuk mendorong kredit perbankan untuk mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

"Insentif KLM telah disalurkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, yaitu antara lain sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan dan pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate, dan perumahan rakyat, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau," kata Perry.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper