Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Bank Tumbuh Melambat, UMKM Akui Pinjaman P2P dan Multifinance Lebih Menarik

Kecepatan proses pinjaman dari pinjol dan multifinance membuat pelaku UMKM lebih melirik pinjaman dari sana dibandingkan perbankan.
Ilustrasi bank. / Freepik
Ilustrasi bank. / Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan pembiayan segmen UMKM oleh institusi perbankan per Desember 2024 melambat di level 3% (year on year/YoY) dan menjadi pertumbuhan paling rendah sepanjang 2024. Di sisi lain, pembiayaan dari institusi non bank seperti fintech P2P lending menunjukkan pertumbuhan signifikan dua digit meskipun nilai outstanding jauh lebih kecil dari bank.

Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Edy Misero mengatakan pembiayaan perbankan memang menawarkan bunga yang lebih murah, tetapi para pelaku UMKM lebih tertarik dengan pelayanan kecepatan yang ditawarkan institusi non bank.

"Kalau dilihat penyebab utamanya adalah percepatan pelayanan yang dilakukan perbankan khususnya Himbara dibanding mereka yang non bank, P2P misalnya, atau multifinance. Kalau perbankan hari ini kita ajukan permohonan, satu minggu dua minggu sampai satu bahkan dua bulan baru direspons setuju dan tidak. Pelayanannya lambat," kata Edy kepada Bisnis, Kamis (20/2/2025).

Adapun saat ini bunga pinjaman P2P lending yang berlaku adalah untuk pinjaman produktif usaha mikro dan ultra mikro tenor sampai dengan enam bulan sebesar 0,275% per hari dan untuk tenor lebih dari enam bulan sebesar 0,1% per hari.

Sedangkan untuk pinjaman produktif usaha kecil dan menengah ditetapkan sebesar 0,1% per hari baik untuk pinjaman tenor sampai dengan enam bulan maupun lebih dari enam bulan.

"Jadi ini masalah kecepatan pelayanan, bukan lagi bicara interest berapa. Kami butuh sekarang karena ada kegiatan usaha yang harus kami biayai. Kalau kami berharap ke perbankan, apalagi Himbara yang tertatih-tatih, ya kami beralih kepada yang non bank," tegasnya.

Edy melanjutkan, data yang menunjukkan pertumbuhan melambat pada kredit bank penyalur pinjaman UMKM tersebut bukan menjadi indikasi institusi perbankan mengerem pendanaan mereka ke UMKM karena adanya profil risiko yang tinggi di segmen debitur ini ketika kondisi daya beli masyarakat menurun.

"Kenapa yang lain berani. Sama kok non bank juga lihat kondisi ekonomi turun, tapi kenapa mereka berani. Jadi ada sisi yang kita melihat bahwa non bank lebih berani ambil risiko untuk itu," tandasnya.

Sebelumnya, Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) melihat fenomena pertumbuhan lambat kredit UMKM dari perbankan berkaitan dengan permintaan pembiayaan dari pelaku UMKM yang tidak dapat dijangkau oleh institusi ini.

"Pelaku UMKM mencari pembiayaan alternatif, seperti pembiayaan dari pinjaman daring dan perusahaan pembiayaan. Pembiayaan alternatif tersebut menawarkan proses yang lebih mudah dan cepat," kata Huda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper