Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Beli Asuransi Sekaligus Investasi? Pahami Skema Unit Linked Terlebih Dahulu

Penempatan investasi telah diatur oleh regulasi OJK melalui SEOJK Nomor 5/SEOJK.05/2022 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI).
Ilustrasi asuransi unit link (unit linked insurance)/Shriramlife
Ilustrasi asuransi unit link (unit linked insurance)/Shriramlife

Bisnis.com, JAKARTA – Asuransi jiwa memiliki produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked. Calon pemegang polis berhak memiliki instrumen investasi yang ditawarkan perusahaan asuransi.

Fauzi Arfan, Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, GCG Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menjelaskan bahwa dalam pengelolaan dana PAYDI, penempatan investasi telah diatur oleh regulasi OJK melalui SEOJK Nomor 5/SEOJK.05/2022 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI). 

Peraturan ini menetapkan batasan investasi untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan dan melindungi kepentingan pemegang polis, dengan instrumen investasi yang dapat mencakup antara lain Surat Berharga Negara (SBN), saham, reksa dana, deposito serta obligasi korporasi dan sukuk.

"Dalam unit link, pemegang polis memiliki hak untuk memilih alokasi investasinya berdasarkan subdana yang tersedia, tetapi pengelolaan instrumen investasi dalam subdana tersebut tetap menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi, dengan batasan tertentu sesuai regulasi OJK," ujar Fauzi kepada Bisnis, Kamis (13/3/2025).

Dengan demikian, Fauzi menyarankan kepada calon nasabah unit linked agar mereka memilih instrumen investasi yang cocok dengan profil risiko masing-masing.

"Oleh karena itu, pemegang polis diharapkan memahami profil risiko dan karakteristik investasi unit linked agar dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan tujuan keuangan mereka," katanya.

Fauzi memaparkan, berdasarkan Laporan Kinerja Asuransi Jiwa 2024, klaim surrender dari produk unit linked mencapai Rp57,44 triliun. Klaim surrender adalah nilai polis yang diterima nasabah karena menghentikan pertanggungan asuransinya sebelum berakhirnya kontrak.

Sementara berdasarkan catatan OJK, sebesar 60% portofolio investasi unit linked asuransi jiwa ditempatkan pada instrumen saham.

Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir 2024 ditutup kontraksi 2,65% year to date (YtD). Kurang menguntungkannya investasi saham ini ditengarai yang mendorong banyak nasabah unit linked melakukan klaim surrender.

"Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar klaim surrender memang berasal dari produk dengan komponen investasi," pungkas Fauzi.

Sementara itu, CEO & Presiden Direktur MSIG Life Wianto Chen mengatakan usai ada aturan baru yang mengatur produk unit linked melalui regulasi Surat Edaran OJK Nomor 5 Tahun 2022 yang diterbitkan Maret 2022, proses penjualan unit linked oleh MSIG Life dilakukan lebih kompleks sehingga segmentasi pasarnya menjadi lebih spesifik.

Minat Beli Asuransi Sekaligus Investasi? Pahami Skema Unit Linked Terlebih Dahulu

Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta./ Bisnis/Arief Hermawan P

"Setelah diterapkan PAYDI baru, dilakukan penguatan proses penjualan yang lebih kompleks dengan target nasabah yang lebih tersegmentasi ke menengah atas yang paham akan instrumen investasi dan asuransi. Salah satu startegi saat ini adalah meningkatkan feature proteksi dan variasi fund, termasuk offshore [investasi di luar negeri]," ujar Wianto.

Merujuk data laporan tahunan unit link 2024 MSIG Life, kinerja produk unit linked sepanjang periode 2024 untuk jenis subdana saham rupiah mayoritas mengalami kontraksi. Misalnya subdana Excellink Aggressive yang mengakhiri 2024 dengan kontraksi 10,36%. Subdana ini aset alokasinya terdiri dari saham sebesar 95,57% serta kas dan deposito sebesar 4,43%.

Subdana ini menggunakan tolok ukur IDX30, indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Di dalamnya ada beberapa emiten perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) hingga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Meski sama-sama di saham, untuk unit linked subdana Exellink Global Aggressive Dollar justru memiliki kinerja berbeda, dengan catatan tumbuh 11,08% per 31 Desember 2024.

Subdana ini menggunakan tolok ukur Dow Jones Industrial Average Index (DJIA) dengan aset lokasi 92,16% di saham dan 7,84% di kas. Beberapa emiten dalam portofolio subdana ini antara lain seperti American Express Co, Microsoft Corp, McDonald's Corp hingga Sherwin Williams.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper