Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pinjaman Warga di Lembaga Nonbank Menebal jelang Lebaran

Pinjaman masyarakat dari lembaga nonbank seperti multifinance, p2p lending, hingga paylater diproyeksi meningkat pada momen Ramadan dan Idulfitri 2025.
Akbar Maulana al Ishaqi,Pernita Hestin Untari
Kamis, 13 Maret 2025 | 08:35
Warga mencari informasi tentang pinjaman daring di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mencari informasi tentang pinjaman daring di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah pinjaman masyarakat dari lembaga nonbank seperti multifinance, p2p lending, hingga paylater diproyeksi meningkat pada momen Ramadan dan Idulfitri 2025. Tren ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan menjelang hari raya umat Islam tersebut.

Dari sektor multifinance, tren pembiayaan saat Ramadan diperkirakan mengalami pertumbuhan signifikan, dengan proyeksi kenaikan double digit sekitar 12%–15%. Meski demikian, secara tahunan pertumbuhan industri pembiayaan diperkirakan hanya sekitar 8%.

Praktisi dan pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody mengatakan bahwa kenaikan ini merupakan faktor musiman yang selalu terjadi menjelang Lebaran. Namun, setelah Ramadan berakhir, pembiayaan cenderung mengalami perlambatan.

“Ini seasonal factor dan akan turun di bulan April karena jumlah hari kerja juga dan slower purchasing pattern setelah Lebaran,” kata Jodjana saat dihubungi Bisnis pada Rabu (12/3/2025). 

Jodjana menambahkan bahwa tren musiman ini sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan di industri otomotif, yang menjadi pendorong utama. Setelah sempat melemah pada Januari, industri otomotif mulai menunjukkan peningkatan pada Februari.

Berdasarkan data, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil menunjukkan peningkatan pada Februari 2025.

Adapun total penjualan mobil secara wholesales pada Februari 2025 tercatat sebesar 72.295 unit atau naik 2,2% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 70.772 unit.

Sementara itu, penjualan ritel turun tipis 0,8% YoY menjadi 69.872 unit pada Februari 2025, dibandingkan 70.420 unit pada periode yang sama 2024.

Di tengah tren tersebut, Jodjana melihat bahwa perusahaan multifinance akan terus berlomba memberikan dukungan kredit. Namun, segmen mobil kategori A atau Low Cost Green Car (LCGC) masih menghadapi tantangan, terutama karena sensitivitas konsumennya terhadap uang muka (DP) serta profil risiko yang lebih tinggi.

Menurut Jodjana, untuk menjaga kualitas portofolio pembiayaan di tengah lonjakan permintaan, multifinance harus menerapkan protokol risiko yang ketat dan mengukur risk appetite dengan baik. 

“Untuk jaga NPL [Non Performing Loan] maka multifinance harus memberlakukan risk protocol yang baik dan juga mengukur risk appetite untuk menjaga portofolionya. Bila NPL masih baik, biasanya akan lebih agresif men-support penjualan LCGC ini, karena marketnya yang cukup besar, sekitar 20% dari pasar otomotif nasional,” katanya.

Pinjol & Paylater

Momentum Lebaran Idulfitri 2025 menjadi pendorong pertumbuhan pinjaman di pinjaman online atau pinjol (fintech P2P lending) dan buy now pay later (BNPL) atau paylater perusahaan pembiayaan.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan dalam momen mendekati Lebaran memang secara siklus akan terjadi permintaan untuk pembiayaan pinjol dan buy now pay later.

"Pembiayaan tersebut digunakan untuk keperluan mudik dan berwisata. Mereka yang tidak cukup biaya, memilih untuk mencari pembiayaan atau utang. Dulu mungkin bisa berutang ke tetangga atau keluarga. Sekarang beralih kepada pembiayaan melalui teknologi, termasuk pinjol dan BNPL," kata Huda kepada Bisnis, Minggu (9/3/2025).

Namun, Huda melihat peningkatan penyaluran utang tersebut juga dibarengi dengan potensi meningkatnya kredit macet.

"Begitu juga dengan ketika setelah Lebaran, biasanya akan meningkat pasca 2 sampai 3 bulan kemudian. Tapi nanti akan kembali turun di pertengahan tahun. Maka penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan betul pembiayaan atau utang ini. Tidak boleh berlebihan dalam konsumsi ketika Lebaran," jelas Huda.

Huda mengatakan siklus seperti ini terjadi setiap tahun, sehingga platform pinjol dan paylater seharusnya sudah mempunyai antisipasi terhadap risiko kenaikan kredit macet.

”Yang paling penting adalah melakukan kredit scoring secara ketat dan lebih valid. Jika sudah ada historis gagal bayar, saya rasa harusnya sudah terdeteksi. Manfaatkan database terkait borrower yang nakal," tegas Huda.

Huda menambahkan, pada momentum menjelang Lebaran 2025, ketika situasi di mana daya beli menurun maka akan berpengaruh pada peningkatan permintaan pembiayaan. Bagi masyarakat yang tidak mampu menjangkau pembiayaan dari bank, mereka akan mencari alternatif pembiayaan ke P2P lending dan BNPL.

"Saya rasa [pertumbuhan penyaluran pinjaman P2P lending dan BNPL tahun 2025] kurang lebih akan sama seperti tahun 2024," pungkasnya.

Sementara itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengestimasi penyaluran pinjaman online (pinjol) pada momen menjelang Lebaran 2025 tumbuh 10% dibandingkan dengan pembiayaan pada periode Lebaran 2024.

Tahun lalu, outstanding pembiayaan P2P lending mengalami pertumbuhan 24,16% year on year (YoY) menjadi Rp62,74 triliun pada momen Lebaran 2024 yang jatuh pada April 2024.

"Prediksi kami akan ada kenaikan dibandingkan dengan 2024, kemungkinan akan naik di angka 10%," kata Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar kepada Bisnis, Minggu (9/3/2025).

Entjik menjelaskan bahwa berdasarkan musim pembiayaan, permintaan pinjaman umumnya meningkat pada periode sebelum Lebaran, meski industri tidak menggelontorkan stimulus seperti promo.

Meki begitu, Entjik memahami bahwa lonjakan permintaan pinjaman menjelang Lebaran juga dibarengi dengan risiko meningkatnya kredit macet atau TWP90 bagi industri P2P lending.

"Efek negatifnya akan berakibat setelah Lebaran di mana secara otomatis juga pembayaran tunggakan juga meningkat. Untuk menekan naiknya NPL [non-performing loan] kami tetap melakukan pengetatan penilaian kelayakan pinjaman, mesin kami diperketat sehingga diharapkan tapisannya lebih selektif dengan prudent," paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper