Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BUMN Getol Tebar Dividen dan Buyback Saham, Ini Dampaknya

Aksi buyback dan pembagian saham yang dilakukan bank-bank BUMN di tengah kondisi likuiditas yang ketat dan mahal dapat menimbulkan dualisme sentimen.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi pembelian kembali (buyback) saham dan pembagian saham yang dilakukan bank-bank BUMN di tengah kondisi likuiditas yang ketat dan mahal dapat menimbulkan dualisme sentimen. 

Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, menjelaskan, pembagian dividen besar bisa dipandang sebagai sinyal kekuatan fundamental dan profitabilitas bank, serta memberikan daya tarik bagi investor ritel maupun institusi.

"Namun, di sisi lain, langkah ini berpotensi menekan posisi likuiditas internal bank, terutama jika tidak disertai strategi pendanaan yang jelas," kata Arianto saat dihubungi, Rabu (26/3/2025).

Dia menjelaskan, di tengah tekanan likuiditas, seperti dari kenaikan cost of fund dan kompetisi suku bunga simpanan yang ketat, buyback dan dividen besar dapat menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap kemampuan ekspansi kredit dan ketahanan modal jangka panjang, terutama jika pertumbuhan DPK belum sejalan.

Arianto melanjutkan, kebijakan buyback tanpa harus melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga dapat dimaknai sebagai bentuk intervensi positif untuk menstabilkan pasar. Hal tersebut terutama saat kepemilikan asing relatif rendah dan potensi outflow lebih terbatas. 

Dia menuturkan, secara historis, dampak buyback terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertunda, bukan langsung mendorong reli pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar menilai efektivitas buyback bukan hanya dari pengumumannya, tetapi dari konteks makro, persepsi risiko, serta keberlanjutan dukungan fiskal dan moneter.

"Dengan demikian, buyback dan dividen bisa menjadi sentimen netral hingga positif secara jangka menengah, selama diimbangi dengan penguatan fundamental, transparansi strategi bank, dan sinyal keberlanjutan dukungan pemerintah terhadap stabilitas sektor perbankan," kata Arianto.

Secara terpisah, pengamat perbankan Paul Sutaryono menuturkan, pembagian dividen menjadi buah manis bagi pemegang saham atas keberhasilan perusahaan. Hal tersebut dipastikan dapat menjadi sentimen positif di pasar saham.

Selain itu, buyback saham sejatinya merupakan salah satu langkah strategis bagi emiten untuk mengendalikan harga saham mereka agar lebih stabil.

"Alhasil, aksi korporasi semacam itu akan menjadi sentimen positif pula bagi pasar saham," katanya.

Namun, dia menyebut pemerintah dan regulator moneter seperti Bank Indonesia (BI) sudah seharusnya mampu menjaga dan mengendalikan inflasi dan nilai tukar rupiah yang saat ini mengalami depresiasi.

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator sektor jasa keuangan juga wajib terus mengendalikan pasar modal yang masih sering terkoreksi.

"Dengan demikian, hal itu dapat menepis derasnya dana lari ke luar dari pasar keuangan nasional [capital flight]," kata Paul.

Sebelumnya, bank-bank himbara telah memutuskan pembagian dividen dan melakukan buyback saham. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memutuskan untuk membagi dividen senilai Rp43,5 triliun dalam RUPST yang diselenggarakan pada Selasa (25/3/2025) kemarin. Nilai dividen tahun buku 2024 Bank Mandiri juga setara dengan Rp466,18 per saham.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper