Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Membaca Ruang Penurunan BI-Rate di Tengah Pelemahan Rupiah

Bank Indonesia memiliki ruang menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebanyak dua kali hingga akhir 2025.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia tampaknya memberatkan pertimbangan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate setelah pelemahan rupiah sebagai efek dari tarif Trump reda.

Penundaan penurunan suku bunga itu tampak dari indikator utama seperti realisasi inflasi yang sudah cukup rendah dan perkiraan pertumbuhan ekonomi diprediksi semakin menurun tidak cukup meyakinkan bagi para pejabat bank sentral.

Menariknya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) April dibanding Januari 2025 --saat terjadi pemangkasan 25 bps secara mengejutkan--adalah Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sama-sama merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik. Namun pada April, BI-Rate ditahan.

“Meskipun suku bunga acuan BI-Rate tidak berubah di 5,75% bulan ini, hasil dari channel check kami mengimplikasikan bahwa penurunan suku bunga dibahas secara intensif dalam Rapat Dewan Gubernur BI,” ujar Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, Kamis (24/4/2025).

Keputusan BI menahan suku bunga acua telah diprediksi oleh 27 dari 29 ekonom yang disurvei Bloomberg, sementara dua di antaranya memperkirakan penurunan 25 basis poin.

Melihat kondisi tersebut, Satria memajukan ekspektasi penurunan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi kuartal II/2025 (Mei atau Juni), dari sebelumnya semester II/2025, didukung oleh nilai tukar rupiah yang masih terlalu rendah.

Dengan demikian, Satria memasang target suku bunga BI pada akhir tahun sebesar 5,00%, dengan asumsi dua kali pemangkasan 25 bps pada semester II/2025 mendatang. Satria melihat rupiah sudah sangat undervalued, sehingga pelemahan mata uang lebih lanjut harus dibatasi.

Terlepas dari gejolak eksternal yang terjadi, minat asing terhadap aset-aset lokal telah menunjukkan ketahanan dengan aliran masuk modal asing senilai Rp24,04 triliun ke Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp16 triliun ke dalam instrumen jangka pendek BI (SRBI) per April 2025, sehingga mendukung kestabilan rupiah.

“Target kuartal II/2025 kami untuk rupiah adalah Rp16.300 per dolar AS,” tuturnya.

Terlebih, pemerintah dan bank sentral memiliki ruang dengan surplus perdagangan yang lebar. Belum lagi ditambah dengan cadangan devisa yang cukup gemuk, dengan catatan all-time high di level US$157,1 miliar pada Maret 2025.

Meski demikian, Satria menekankan hal ini perlu diwaspadai karena distorsi perdagangan yang hanya terjadi sekali saja bisa berlanjut dalam waktu dekat. Secara khusus, perusahaan-perusahaan lokal mungkin akan terburu-buru melakukan ekspor dan impor menjelang berakhirnya periode 'negosiasi' tarif di bulan Juli.

Ekonom dari Barclays Plc. Brian Tan memperkirakan akan ada empat kali pemangkasan suku bunga hingga awal 2026. Namun, dia juga mencatat bahwa waktunya mungkin akan “menantang.”

“Bank sentral memang ingin menurunkan suku bunga lebih lanjut tetapi terkendala dalam hal waktu, terutama di sekitar pasang surutnya nilai tukar rupiah,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg pada Kamis (24/4/2025).

Sementara itu, Lavanya Venkateswaran dari Oversea-Chinese Banking Corp. setuju bahwa bank sentral ingin menghindari volatilitas rupiah.

“Menurut saya, BI masih belum melihat bukti-bukti perlambatan pertumbuhan yang berlarut-larut, sehingga BI masih memiliki ruang untuk fokus pada stabilitas rupiah,” katanya.

Terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai, secara keseluruhan, respons kebijakan BI menunjukkan preferensi terhadap stabilitas makro dan kehati-hatian dalam menyikapi gejolak eksternal.

Langkah ini dinilai tepat dalam jangka pendek, namun Josua melihat kelanjutan dari pendekatan ini sangat bergantung pada perkembangan global, termasuk arah kebijakan The Fed dan kemungkinan pelonggaran tarif oleh AS.

“Bila ketidakpastian mereda dan ruang stabilisasi rupiah menguat, maka BI baru akan mempertimbangkan penurunan suku bunga sebagai dukungan lanjutan terhadap pertumbuhan,” ujarnya.

BI Cermati Ruang Penurunan

Gubernur BI Perry Warjiyo memilih untuk menahan BI-Rate dalam rangka melaksanakan tugas utama bank sentral, yakni menjaga stabilitas rupiah. Meski demikian, pihaknya terus mencermati ruang penurunan suku bunga.

“Dalam jangka pendek prioritas kami adalah stabilitas rupiah, tetapi setelah stabilitas terjaga, ruang penurunan suku bunga itu semakin terbuka dan itulah waktu-waktu untuk menentukan kebijakan suku bunga lebih lanjut,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (23/4/2025).

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper