Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Re Beberkan Sederet Strategi Genjot Laba 2025

Sepanjang 2024, Indonesia Re mencatatkan laba standalone sebesar Rp143 miliar, naik tajam dari Rp28 miliar pada tahun sebelumnya.
Media Gathering di Kantor Indonesia Re, Jakarta Pusat pada Jumat (25/4/2025).Bisnis-Pernita H. Untari
Media Gathering di Kantor Indonesia Re, Jakarta Pusat pada Jumat (25/4/2025).Bisnis-Pernita H. Untari

Bisnis.com, JAKARTA— PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) mengungkap cara untuk menggenjot laba pada tahun ini. 

Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu menekankan bahwa pencapaian laba bukan berasal dari fokus terhadap pertumbuhan premi semata, melainkan dari pengelolaan menyeluruh terhadap pemasukan dan pengeluaran perusahaan.

“Jadi, memang kita harus lihat dulu faktor-faktor yang menyebabkan kita mendapatkan laba itu apa. Itu yang ilmu dasar ya, pemasukan, pengeluaran, dan sebagainya,” kata Benny dalam acara Media Gathering di Kantor Indonesia Re, Jakarta Pusat pada Jumat (25/4/2025).

Dia menjelaskan bahwa sumber pemasukan utama Indonesia Re terbagi dalam dua, yakni pendapatan underwriting dan hasil investasi.

Di sisi underwriting, Benny menekankan pentingnya kemampuan dalam menyeleksi risiko dan mengoptimalkan proses bisnis. Sementara itu, hasil investasi turut menyumbang secara signifikan terhadap profitabilitas.

“Selain itu, tentu juga kita harus melihat faktor-faktor apa yang bisa mempengaruhi itu. Misalnya tentu yang intangible, bagaimana kita menjaga kepercayaan dari market dari stakeholder, untuk mereka tetap bisa place-in ke kita, mereka minta bantuan kita. Itu juga termasuk,” katanya.

Dia juga menyoroti pentingnya investasi dalam aspek non-finansial seperti branding, program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dan layanan tambahan. Salah satu contohnya adalah Indonesia Research Institute yang secara aktif memberikan sesi pembelajaran dan riset tanpa dipungut biaya kepada para pelaku industri.

Menurutnya, hal ini dilakukan agar seluruh pemain di industri memiliki perspektif dan pemahaman yang sejalan, bukan hanya menguntungkan Indonesia Re semata.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran, Benny menegaskan pentingnya pengelolaan biaya teknik maupun nonteknik secara hati-hati. 

“Termasuk biaya yang sifatnya adalah monoteknik, bagaimana kita bisa mengelola itu, biaya-biaya pengeluaran-pengeluaran kita, karyawan kita, kemudian kegiatan kita, segala macam, itu tentu kita pastikan itu adalah yang disisi related activity,” ungkapnya. 

Senada dengan Benny, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat menegaskan bahwa penguatan fundamental teknis menjadi fokus utama untuk mendorong profitabilitas. Mulai dari underwriting hingga pricing, semua proses diperkuat melalui digitalisasi dan pemanfaatan data.

“Kita udah di sisi technical, kita tentu memperkuat fundamental technicality kita dari sisi underwriting, pricing. Jadi, kita memperkuat investasi kita disini juga besar, termasuk juga bisnis prosesnya,” kata Delil.

Dia menyebut bahwa digitalisasi dilakukan melalui platform ReUConnect untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis. Namun, tantangan masih tersisa, terutama dalam pemanfaatan data secara maksimal oleh pelaku industri.

“Jadi, market kita ini masih belum terlalu bagus dalam mengutilisasi data untuk keperluan underwriting dan decision making. Tapi, apa namanya, upayanya sudah dimulai, kita juga termasuk yang menjadi salah satu pionir sebesar semampu kita,” ujarnya.

Delil juga menyebutkan dukungan regulator dalam penguatan transparansi data. “Bahkan OJK pun mendukung inisiatif kita untuk menerapkan full reporting di resonansi umum. Maka semua pemain di dalam industri ini punya data detail tentang objek-objek yang diasuransikannya, sehingga dia bisa melakukan analitik di situ,” katanya.

Sepanjang 2024, Indonesia Re mencatatkan kinerja keuangan positif. Secara standalone, perusahaan membukukan laba sebesar Rp143 miliar, naik tajam dari Rp28 miliar pada tahun sebelumnya atau melonjak sekitar 511%. Secara konsolidasi, laba Indonesia Re Group tercatat sebesar Rp72,7 miliar, tumbuh lebih dari 28% dari Rp56 miliar pada 2023.

Kinerja investasi juga menunjukkan hasil positif. Nilai total investasi mencapai Rp6,93 triliun, meningkat 8,5% dari akhir 2023 yang sebesar Rp6,38 triliun. Portofolio investasi mencakup deposito berjangka, surat utang negara, obligasi, dan reksadana yang tetap memberikan imbal hasil kompetitif di tengah volatilitas pasar.

Dari sisi underwriting, total premi konsolidasi Indonesia Re mencapai Rp6,57 triliun atau naik 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Premi netto juga meningkat 3,52 persen menjadi Rp3,51 triliun. Di sisi lain, jumlah beban klaim neto tercatat Rp2,49 triliun, naik 15,1% seiring peningkatan frekuensi dan severity klaim di industri asuransi.

Meski klaim meningkat, perusahaan tetap menjaga kesehatan keuangan. Rasio Tingkat Solvabilitas (RBC) tercatat di angka 132,83%, sedikit membaik dari tahun sebelumnya yakni 132,65%. Selain itu  masih di atas batas minimum OJK sebesar 120%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper