Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mencatatkan laba bersih konsolidasian periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik Rp1,87 triliun per kuartal I/2025. Laba perusahaan naik 10,05% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp1,7 triliun.
Mengacu laporan keuangan yang terbit pada Rabu (30/4/2025) BSI membukukan pendapatan piutang Rp3,8 triliun, tumbuh dari periode 31 Maret 2024 lalu yaitu Rp3,53 triliun. Pendapatan piutang didominasi dari perolehan Murabahah senilai Rp3,43 triliun.
BSI juga memperoleh pendapatan bagi hasil Rp2,38 triliun, tumbuh 30,8% dari periode sebelum Rp1,82 triliun. Pendapatan bagi hasil ditopang dari raihan musyarakah Rp2,33 triliun sampai dengan Maret 2025.
BSI membukukan kenaikan kerugian penurunan nilai aset keuangan alias impairment 22,73% jadi Rp664,41 miliar per kuartal I/2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp541,31 miliar.
Adapun rasio net imbalan atau NI mengalami penurunan dari 5,38% kuartal I/2024 menjadi 5,31% di kuartal I/2025.
Menelisik laporan kinerja BSI, pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar Rp4,77 triliun naik 9,02% dari periode sebelumnya Rp4,3 triliun. Namun demikian terdapat beban operasional lainnya menjadi Rp2,29 triliun atau membengkak 8,33% dibandingkan kuartal I/2024 yaitu Rp2,11 triliun.
Baca Juga
Dari fungsi intermediasi, BSI telah menyalurkan pembiayaan Rp286,59 triliun. Seiring dengan penyaluran kredit tersebut, rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) gross BSI tercatat hanyaa 1,88%. Sementara itu, NPF net sebesar 0,51% hingga Maret 2025.
Bank Syariah Indonesia mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sampai dengan Rp319,34 triliun. Namun jika melihat dari kinerja rasio, dari sisi rasio pembiayaan terhadap simpanan alias financing to deposit ratio (FDR) berada di level 89,87% pada kuartal I/2025 dibandingkan sebelum 83,05% yang berarti adanya likuiditas yang ketat.
Aset BSI hingga kuartal I/2025 sebesar Rp400,88 triliun turun 1,89% sejak akhir tahun 2024 (year to date/YtD) yaitu Rp408,81 triliun.